Benarkah Isa Wafat dan Bangkit sebelum ke Surga? (Menurut QS 3 Ali Imran 55, QS 5 Al-Maidah 117, dan QS 19 Maryam 33)

Salah satu topik yang sangat sering menjadi bahan diskusi dalam berbagai Dialog Antar Umat Beragama adalah : “Apakah Isa Al-Masih mengalami kematian atau tidak?” Topik ini termasuk dalam jajaran topik-topik terhangat pada berbagai dialog, khususnya dialog antara umat Islam dengan umat Nasrani. Sebagian besar umat Muslim menerima pengajaran bahwa Isa tidak mengalami kematian atau wafat. Isa langsung diangkat ke surga tanpa mengalami kematian. Sementara umat Nasrani sangat yakin bahwa Isa mati di kayu salib, dibunuh,  dikubur, namun bangkit atau hidup kembali pada hari yang ketiga. Empat puluh hari setelah Isa bangkit, Isa diangkat naik ke surga.

pictures-of-jesus-on-the-cross-from-passion-of-the_4

 Perbedaan pendapat tersebut cukup menarik mengingat bahwa baik umat Islam maupun umat Nasrani sama-sama mendasarkannya pada Kitab Suci agama masing-masing. Umat Islam mendasarkannya pada Al-Qur’an sementara umat Nasrani mendasarkannya pada Kitab Suci Injil. Seandainya kedua Kitab Suci tersebut diilhamkan oleh Allah ataupun ilah yang berbeda, kita tidak perlu heran mengapa isi keduanya berbeda mengenai kematian Isa. Namun, sebagaimana yang dikatakan Allah SWT di dalam Al-Qur’an, kedua Kitab Suci tersebut diilhamkan oleh Allah yang sama, yaitu Allah SWT. Kitab Suci umat Nasrani diilhamkan Allah SWT. Kitab Suci agama Islam juga diilhamkan Allah SWT. Begitu dikatakan Allah SWT di dalam Al-Qur’an. Hal tersebut mengundang komentar. Mengapa isi keduanya dapat berbeda mengenai kematian Isa Al-Masih? Kalau dikatakan bahwa salah satu Kitab telah mengalami perubahan atau tidak asli lagi, itu tidak mungkin. Hal ini telah kita bahas panjang lebar dalam tulisan kami sebelumnya yang berjudul: “Mengapa ayat Al-Qur’an banyak yang bertentangan dengan Kitab Suci?”

Kami mencoba melakukan pengkajian terhadap kedua Kitab Suci tersebut. Kami mengkaji Al-Qur’an. Kami juga mengkaji Kitab Suci Injil. Kami menemukan hal-hal yang sangat menarik. Penemuan tersebut mengajak kami untuk merenung semakin dalam. Ada banyak hal yang tidak dapat kami pecahkan melalui perenungan kami. Kami berharap adanya masukan dari para pembaca.

Kami mulai dari Al-Qur’an :

Mula-mula kami menemukan ayat-ayat Al-Qur’an yang mengatakan bahwa Isa Al-Masih wafat atau mengalami kematian. Ayat-ayat tersebut adalah :

  • Pertama  : Qs. 3 Ali ‘Imran 55

55. (Ingatlah), ketika Allah berfirman: “Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan diantaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya.”

“Iz qalallahu ya isa inni mutawaffika wa rafi’uka ilayya wa mutahhiruka minal lazina kafaru wa ja ilul lazinattaba uka fauzal lazina kafaru ila yaumil qiyamah(ti), suma ilayya marji’ukum fa ahkumu bainakum fima kuntum fihi takhtalifun(a)” 

(Qs. 3 Ali Imran ayat 55 , sumber : Lidwa Pusaka)

Dalam Surat Ali ‘Imran ayat 55 tersebut Allah berkata : “Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu.” Itu menunjukkan bahwa Isa Al-Masih mengalami kematian, atas seizin Allah. Kalimat tersebut dalam bahasa Arab berbunyi: “ya ‘isa inni mutawaffika.” Kata atau istilah bahasa Arab : “mutawaffika” berarti : “Aku menyebabkan engkau mati”.

Istilah atau kata “mutawaffika” sangat dikenal diantara orang Arab dan biasa digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari. Kalau kita bertanya kepada setiap orang Arab yg pamannya telah meninggal dunia dua minggu yang lalu, kita tanya apa kabar pamannya, dia akan menggunakan kata yang sama dalam bentuk masa lalu, yaitu “Tawafa”, yang berarti : dia telah mati.

Ayat tersebut tidak menyebutkan bahwa Isa mengalami “mati suri” atau “pingsan”. Allah SWT bukanlah Allah yang mudah membuat kesalahan. Allah SWT tahu benar perbedaan antara “mati suri” dengan “wafat”. Juga antara “pingsan” dengan “wafat”. Allah SWT menggunakan kata atau istilah “wafat”. Allah tidak menggunakan istilah “mati suri” atau “pingsan”. Bahasa Arab dari mati suri adalah : “maat shuuriy“. Bahasa Arab dari pingsan adalah : “eghmaa“. Allah tidak menyebutkan kata “pingsan“  ataupun “mati suri“ dalam Surat Ali ‘Imran ayat 55 tersebut.  Itu artinya, menurut Surat Ali ‘Imran ayat 55, Isa Al-Masih mati atau wafat.

Ayat tersebut mengatakan bahwa Isa mengalami kematian. Lalu ada anak kalimat “(Allah) mengangkat Isa ke surga.”  Jadi Isa mengalami kematian.  Isa juga diangkat naik ke surga.

  • Kedua  : Qs. 5 Al-Maidah  117

117. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.

“Ma qultu lahum illa ma amartani bihi ani’budullaha rabbi wa rabbakum, wa kuntu ‘alaihim syahidam ma dumtu fihim, falamma tawaffaitani kunta antar raqiba ‘alaihim, wa anta ‘ala kulli syai’in syahid(un)”

                                                                                                                                                (Qs. 5 Al-Maidah ayat 117, sumber: Lidwa Pusaka)

Dalam baris yang ketiga dari Surat Al-Maidah ayat 117 di atas, Isa mengatakan : “setelah Engkau wafatkan aku”. Maksudnya adalah setelah Allah mewafatkan Isa. Kata atau istilah bahasa Arab yang digunakan adalah : “tawaffaitani”  yang berarti : “ Engkau mewafatkan aku”. Kita lihat kembali Al-Qur’an menggunakan istilah atau kata yang sama yaitu : “tawafa”, yang artinya: “(Isa) telah wafat”  Jadi, menurut Surat Al-Maidah ayat 117, Isa mengalami kematian atau wafat.

  • Ketiga  : Qs. 19 Maryam 33

33. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.”

“Was salamu ‘alayya yauma wulittu wa yauma amutu wa yauma ub’asu hayya’(n)”

                                                                                                                                                (Qs. 19 Maryam ayat 33, sumber: Lidwa Pusaka

Dalam ayat Al-Qur’an di atas Isa mengatakan : “pada hari aku meninggal”. Kata atau istilah bahasa Arab yang dipakai adalah: “yauma amutu”  yang berarti : “pada hari aku (Isa) meninggal dunia”  Didalam Surat Maryam ayat 33 tersebut digunakan bentuk kata masa yang akan datang : “yauma amutu”  yang berarti : “(Isa) akan wafat.”  Kata yang digunakan adalah bentuk kata masa yang akan datang karena perkatan tersebut diucapkan Isa sebelum hari wafat-Nya. Surat Maryam ayat 33 tersebut mengatakan bahwa Isa mengalami kematian (wafat). Ayat tersebut juga mengatakan bahwa setelah wafat, Isa dibangkitkan hidup kembali oleh Allah.

Kita dapat melihat bahwa ada tiga ayat Al-Qur’an menyebutkan bahwa Isa mengalami kematian atau wafat. Satu ayat Al-Qur’an menyebutkan bahwa Isa dibangkitkan hidup kembali setelah wafat. Satu ayat Al-Qur’an menyebutkan bahwa Isa diangkat Allah ke surga,  setelah mengalami kematian lebih dahulu.

Saat kami menyimak ketiga ayat Al-Qur’an di atas, kami melihat bahwa ketiga ayat Al-Qur’an tersebut tidaklah bertentangan dengan ayat-ayat Kitab Suci Injil tentang kematian Isa. Kitab Suci Injil mengatakan bahwa Isa wafat, dikuburkan, dibangkitkan atau hidup kembali pada hari yang ketiga, diangkat naik ke surga pada hari yang ke empatpuluh.

Dalam pengkajian kami selanjutnya terhadap Al-Qur’an, kami menemukan ayat lain yang sangat menarik, yaitu Surat An-Nisaa ayat 157 dan 158. Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa Isa tidak wafat, tidak dibunuh tetapi langsung diangkat Allah ke surga tanpa lebih dulu mengalami kematian.

157. dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa

158. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

                                                                                                                                (Qs. 4 An Nisa ayat 157-158, sumber: Lidwa Pusaka)

Surat An Nisaa ayat 157 dan 158 tersebut sangat menarik. Ayat tersebut mengatakan bahwa Isa tidak wafat, tidak dibunuh dan tidak pula disalibkan. Isa langsung diangkat Allah ke surga tanpa pernah mengalami kematian. Ayat tersebut sangat bertentangan dengan apa yang dikatakan Kitab Suci Injil tentang kematian Isa. Ayat tersebut juga sangat bertentangan dengan ayat-ayat Al-Qur’an sebelumnya.

Tiga Surat dalam Al-Qur’an, yaitu Surat Ali ‘Imran, Surat Al-Maidah dan Surat Maryam mengatakan bahwa Isa wafat. Surat Maryam bahkan mengatakan bahwa Isa wafat, namun kemudian dibangkitkan atau dihidupkan kembali. Sementara Surat An Nisaa justeru mengatakan bahwa Isa tidak wafat. Surat An Nisaa mengatakan bahwa Isa tidak mengalami kematian. Sungguh sangat bertentangan. Surat An ‘Nisaa sangat berbeda bahkan sangat bertentangan dengan ketiga Surat Al-Qur’an tersebut. Satu Surat Al-Qur’an menentang tiga Surat Al-Qur’an. Yang mana yang salah? Tidak mungkin semuanya benar. Tentu salah satu ada yang salah.

Mari kita coba menyimak apa yang dikatakan Surat An Nisaa ayat 157 dan 158 tersebut. Ayat tersebut menjelaskan bahwa ada seseorang yang dibunuh atau disalibkan oleh orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi tersebut mengatakan bahwa yang mereka salibkan atau bunuh tersebut adalah Isa Putra Maryam. Tetapi ayat tersebut selanjutnya mengatakan bahwa Isa tidak benar dibunuh atau disalibkan. Yang mati dibunuh atau disalibkan tersebut adalah orang yang diserupakan dengan Isa. Selanjutnya dalam ayat tersebut muncul pernyataan bahwa ada orang-orang berselisih paham tentang kematian atau penyaliban Isa. Dikatakan bahwa orang-orang yang berselisih paham tersebut berada dalam keragu-raguan tentang siapa orang yang dibunuh tersebut. Mereka tidak yakin bahwa orang yang mereka bunuh tersebut adalah Isa. Dikatakan bahwa mereka hanya menduga bahwa orang yang mereka bunuh itu adalah Isa. Lalu dilanjutkan dengan ayat 158 yang mengatakan bahwa Isa langsung diangkat Allah ke surga tanpa mengalami kematian.

Setelah mempelajari Surat An Nisaa ayat 157 dan 158 tersebut, kami tergerak untuk mengajukan beberapa pertanyaan kritis yang bersifat ilmiah :

  1. Mengapa isi Surat An Nisaa tersebut sangat menentang isi Surat Ali ‘Imran, Surat Al-Maidah dan Surat Maryam di atas? Bukankah ketiga Surat Al-Qur’an tersebut sudah menyebutkan bahwa Isa Al-Masih Putra Maryam diwafatkan oleh Allah? Bahkan kemudian dihidupkan kembali oleh Allah? Lalu diangkat Allah ke surga?
  2. Mengapa Allah SWT tidak menyebutkan siapa nama atau identitas dari orang yang dibunuh atau disalibkan orang-orang Yahudi tersebut? Mengapa terkesan Allah sendiri seperti ikut ragu-ragu dan tidak tahu persis siapa sebenarnya orang yang dibunuh tersebut? Mengapa hanya mengatakan “orang yang diserupakan dengan Isa”?
  3. Bukankah kalimat yang menggantung seperti itu hanya akan mengundang perbedaan atau perselisihan pendapat diantara umat Allah yang membaca ayat Al-Qur’an tersebut? Bisa saja umat Allah yang membaca ayat tersebut mulai menebak-nebak, bahkan mungkin mulai mencoba mengarang cerita menurut versi masing-masing untuk menjelaskan ayat tersebut. Dan dapat terjadi, didalam mengarang cerita versi masing-masing tersebut, mereka tidak lagi mendasarkannya kepada Al-Qur’an. Dapat terjadi, didalam mengarang cerita, mereka mengabaikan ketiga Surat Al-Qur’an yang mengatakan bahwa Isa wafat, dibangkitkan kembali dan naik ke surga.

Selanjutnya kita akan mencoba melihat kepada pewahyuan atau perkataan Allah sebelumnya mengenai kematian Isa Al-Masih. Kita lihat apa yang dikatakan oleh Kitab Suci Injil.

Di dalam Kitab Suci Injil Allah mewahyukan bahwa Isa benar-benar telah dibunuh atau disalibkan, mati dan dikuburkan. Peristiwa penyaliban dan kematian Isa disaksikan oleh sangat banyak orang : para tentara Romawi, imam‐imam agama Yahudi, hampir seluruh penduduk Yerusalem, para murid dan keluarga Isa. Peristiwa penyaliban tersebut ditulis oleh banyak ayat didalam Kitab Suci Injil dan ditulis oleh lebih dari satu penulis Injil (Matius 27, Markus 15, Lukas 23, Yahya 19).

Kitab Suci Injil menulis tentang peristiwa penyaliban dan kematian Isa :

35. Setelah Isa disalibkan, mereka membagi-bagi pakaian-Nya dengan cara melempar undi.

50. Kemudian Isa kembali berseru dengan suara nyaring, lalu menyerahkan ruh-Nya.

(Matius 27 : 35, 50)

 25. Waktu menunjukkan pukul sembilan pagi ketika mereka menyalibkan Isa.

37. Kemudian Isa berseru dengan suara nyaring dan menghembuskan nafas terakhir.

(Markus 15 : 25, 37)

33. Setelah sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Isa di sana bersama kedua penjahat, seorang di sebelah kanan-Nya dan seorang lagi di sebelah kiri-Nya.

46. Kemudian dengan suara nyaring Isa berseru, Ya Bapa, kedalam tangan-Mu kuserahkan nyawa-Ku.” Sesudah bersabda demikian, Ia menghembuskan nafas terakhir.

(Lukas 23 : 33, 46)

                                (dari Kitab Suci Injil Dwibahasa Indonesia – Yunani ; terjemahan tahun 1912)

Kitab Suci Injil menuliskan tentang penguburan mayat Isa (Matius 27, Markus 15, Lukas 23, Yahya 19) :

59  Setelah Yusuf mengambil jenazah Isa, ia mengafaninya dengan kain bersih,

60  Selanjutnya ia membaringkan jenazah itu dalam makam baru kepunyaannya sendiri yang digali pada bukit batu. Digulingkannya sebuah batu besar ke pintu makam itu, lalu ia pulang.

(Matius 27 : 59, 60)

45  Setelah diperolehnya laporan dari kepala pasukan itu, iapun mengizinkan Yusuf untuk mengambil jenazah Isa.

46 Setelah Yusuf membeli kain lenan, ia menurunkan jenazah Isa (dari kayu salib) dan mengafaninya dengan kain itu. Dibaringkannya jenazah Isa dalam makam yang digali pada bukit batu, kemudian digulingkannya sebuah batu besar ke pintu makam itu.

(Markus 15 : 45, 46)

(dari Kitab Suci Injil Dwibahasa Indonesia – Yunani ; terjemahan tahun 1912)

Pada hari yang ketiga Isa bangkit dari kuburan (Matius 28, Markus 16, Lukas 24, Yahya 20) :

1  Setelah lewat hari Sabat, yaitu hari pertama minggu itu, Maryam dari Magdala dan Maryam yang lain, datang untuk melihat makam itu.

2  Tiba-tiba terjadilah gempa bumi yang amat dahsyat. Malaikat Tuhan turun dari surga untuk menggulingkan batu penutup makam itu,  lalu duduk di atasnya.

5  Kemudian malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu: “Janganlah kamu takut; Aku tahu,  kamu mencari Isa yang telah disalibkan itu.

6  Ia tidak ada di sini karena Ia sudah bangkit, seperti yang telah disabdakan-Nya. Mari, lihatlah tempat bekas Ia dibaringkan.

(Matius 28 : 1, 2, 5, 6)

5  Maka masuklah mereka ke dalam makam itu. Lalu mereka melihat seorang muda dengan jubah putih (malaikat) duduk di sebelah kanan. Mereka merasa heran.

6  Ia berkata kepada mereka: “Jangan heran! Kamu mencari Isa, orang Nazaret yang disalibkan itu. Ia sudah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat bekas Ia dibaringkan.

(Markus 16 :5, 6)

(dari Kitab Suci Injil Dwibahasa Indonesia – Yunani ; terjemahan tahun 1912)

Empat puluh hari kemudian Isa naik (terangkat) ke surga (Markus 16, Lukas 24, Kisah Rasul 1).

19 Setelah Isa, Junjungan Yang Ilahi, bersabda kepada mereka, Ia terangkat ke surga dan duduk di sebelah kanan Allah.

(Markus 16 : 19)

51  Sementara Ia memohonkan berkah bagi mereka, terpisahlah Ia dari mereka lalu terangkat ke surga.

(Lukas 24 : 51)

(dari Kitab Suci Injil Dwibahasa Indonesia – Yunani ; terjemahan tahun 1912)

Allah SWT mengatakan didalam Al-Qur’an bahwa Kitab Suci Injil diwahyukan oleh Allah SWT. Didalam Kitab Suci Injil sangat jelas diwahyukan bahwa Isa wafat dibunuh atau disalibkan oleh orang-orang Yahudi. Setelah wafat, Isa dikuburkan. Pada hari yang ketiga Isa bangkit kembali. Pada hari yang ke empat puluh Isa diangkat naik ke surga. Dari pengkajian yang kami lakukan terhadap Kitab Suci Injil kami menemukan bahwa peristiwa penyaliban serta kematian Isa justeru merupakan inti pewahyuan Allah didalam Kitab Suci Injil. Dikatakan bahwa Firman Allah atau Perkataan Allah telah turun ke bumi dan menjadi manusia, yaitu seorang bayi laki-laki bernama Isa Al-Masih, Putra Maryam. (Mengenai hal ini kami telah mengulasnya panjang lebar dalam tulisan-tulisan kami berjudul : “Agama Islam dan Kristen Sama-sama Tidak Menyelamatkan”  serta : “Isa itu Manusia atau Tuhan?”) Isa turun ke bumi dan menjadi manusia. Dia datang sebagai manusia yang memiliki daging dan darah karena Dia akan dijadikan kurban. Allah mengasihi umat manusia walaupun berdosa. Allah mau menyelamatkan manusia dari dosa dan dari hukuman neraka. Isa diutus untuk dikurbankan. Isa akan menanggung semua dosa dan hukuman yang seharusnya ditanggung manusia berdosa. Isa mengalihkan dosa umat manusia kepada diri-Nya. Isa mengambil alih dan menanggung hukuman yang seharusnya ditanggung oleh manusia yang berdosa. Isa menanggungnya di kayu salib. Isa mati karena dosa umat manusia yang ditanggung-Nya. Dia adalah Anak Domba Allah yang dikurbankan agar manusia selamat. Barangsiapa yang percaya kepada Isa dan menerima Dia, akan diselamatkan.

(Sabda Isa) Sesungguhnya Aku berkata kepadamu : orang yang mendengarkan perkataan-Ku serta percaya kepada Dia yang mengutus Aku memperoleh hidup yang kekal dan tidak akan dihukum.  Ia sudah berpindah dari dalam maut (hukuman neraka) ke dalam hidup (selamat di surga).

 (Yahya 5 : 24)

Sabda Isa kepadanya, “Akulah jalan, kebenaran, dan hidup. Tak seorangpun datang kepada Sang Bapa (Allah) kecuali melalui Aku”                                                                                       

(Yahya 14 : 6)

 27  Setelah  itu diambil-Nya (Isa) sebuah cawan, lalu Ia mengucap syukur. Kemudian Ia memberikannya kepada mereka sambil bersabda : “Minumlah kamu semua dari cawan ini,

28  karena inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.                                                                           

(Matius 26: 27, 28)

Tentang Dia (Isa)lah semua nabi memberi kesaksian bahwa barangsiapa percaya kepada-Nya (Isa) akan diampuni dosa-dosanya melalui nama-Nya.              

(Kisah Para Rasul 10 : 43)

(Sabda Isa) Akulah roti hidup yang  turun dari surga. Jika seseorang makan roti ini, ia akan hidup sampai  selama-lamanya. Roti yang akan Kuberikan  ialah tubuh-Ku, demi kehidupan  manusia seisi dunia.”

(Yahya 6 : 51)

32.  (Sabda Isa) Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.”                                                                                                                 

(Lukas 5 : 32)

10. (Sabda Isa) Karena Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang

(Lukas 19 : 10)

muslims-christians-quran-bible-baghdad-iraq-120110jpg-ca7df782193ee1b01

Dari pengkajian yang kami lakukan, kami menemukan bahwa itulah inti pemberitaan Kitab Suci Injil. Didalam Kitab Suci Injil, peristiwa turunnya Isa ke bumi, kematian Isa di kayu salib serta kebangkitan Isa dari kematian merupakan berita yang sangat penting dan sangat ditekankan. Sementara didalam Al-Qur’an, semua peristiwa tersebut sepertinya dipandang tidak penting untuk diberitakan. Ini sangat menarik, mengingat Allah sendiri mengatakan bahwa kedua Kitab Suci tersebut sama-sama diwahyukan oleh Allah. Namun perbedaannya terlalu mencolok. Belum lagi perbedaan serta pertentangan antara Surat An Nisaa dengan Surat Ali ‘Imran, Surat Al-Maidah dan Surat Maryam. Semuanya masih menyisakan banyak pertanyaan.

Dimana Letak Jawabannya? Pengkajian terhadap Al Quran, Hadist, dan Alkitab
Download e-book “Dimana Letak Jawabannya? Pengkajian terhadap Al Quran,
Hadist, dan Alkitab dengan meng-klik gambar di atas

19 Comments

Filed under Uncategorized

19 responses to “Benarkah Isa Wafat dan Bangkit sebelum ke Surga? (Menurut QS 3 Ali Imran 55, QS 5 Al-Maidah 117, dan QS 19 Maryam 33)

  1. abu

    tidak ada yang bertentangan dalam ayat al Qur’an yang disebutkan diatas. Sebagaimana kita ketahui, bahwa kita juga sebagai mahluk akan mengalami yang namanya fase lahir, mati, kemudian dibangkitkan kembali (pada hari akhir kelak). Bukan bermakna bahwa Isa dalam hari ketiga setelah penyaliban itu bangkit lagi seperti yang anda fahamidalam al kitab. Sedangkan pada surah An Nisaa yang bapk anggap bertentangan tadi, bahasa Al Qur’an lebih bermakna pada menyelamatkan Isa dari peristiwa penyaliban itu.

    Kalau bapak pelajari lagi dalam alkitab yang bapak miliki, sebenarnya Alkitab sendiri mengatakan bahwa yesus itu tidak mati ketika dia disalib. Apa buktinya?
    “Guru, (dalam bahasa Yahudi, Rabbi) kami ingin melihat suatu tanda dari padamu.” (Injil – Matius 12: 38).
    lalu Yesus bereaksi:

    “… generasi yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda (mu’jizat). Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda (mu’jizat), selain tanda (mu’jizat) Nabi Yunus”. (Injil – Matius 12: 39).

    Apakah “tanda” atau mukjizat yang ditunjukkan oleh Yunus sehingga Yesus bermaksud menirunya? Untuk mengetahui mukjizat ini kita perlu melihat “Kitab Yunus” dalam Injil. Tetapi kitab ini sangat sukar dipahami! Kitab ini hanya terdiri dari satu lembar dengan 4 bab singkat dan sulit untuk menemukannya dalam ensiklopedia yang terdiri dari ribuan lembar, seperti Kitab Injil. Tetapi Anda tidak harus melihat buku itu sendiri. Saya yakin,setiap anak-anak Kristen yang selalu mengikuti sekolah Minggu mengenal seluruh cerita ini.

    Untuk mengingatkan kembali, biar saya ceritakan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’a1a memerintahkan Yunus Alaihis-salam untuk pergi ke Niniwe (suatu kota dengan 100.000 orang penduduk) dan memperingatkan mereka untuk bertobat dari kejahatannya. Yaitu, untuk menyelamatkan diri mereka sendiri sebelum Tuhan menghukum mereka.

    Yunus merasa murung, khawatir bahwa penduduk Niniwe yang sombong itu ‘generasi yang jahat dan suka berzina” pada masa itu, tidak akan mendengarkannya. Mereka akan menghina dirinya. Jadi bukannya pergi ke Niniwe, dia malah pergi ke Joppa dan berlayar ke Tarshish. Di tengah laut terjadi badai besar dan menurut takhyul para pelaut, barang siapa yang lari dari “Perintah Tuhannya” maka akan menyebabkan badai topan yang mengerikan di laut. Yunus menyadari bahwa dia bersalah karena sebagai Rasul Allah, dia adalah tentara Allah. Dan sebagai tentara Allah dia harus taat akan perintah-Nya. Dia tidak punya hak untuk bersikap sombong. Dia merasa bahwa Allah mengawasinya dan ingin membunuhnya. Allah akan menenggelamkan kapal dan orang-orang yang tak bersalah akan mati. Yunus tahu bahwa keadaan akan lebih baik jika dia dibuang dari kapal dan akan mencegah keadaan yang lebih buruk lagi dan dia rela melakukannya.

    Orang-orang yang hidup pada masa pre-exilic (sebelum orang-orang Yahudi diasingkan di bawah pemerintahan Nebukadnezzar), 8 abad SM, ternyata lebih mempunyai rasa keadilan dan pengertian dibanding manusia modern yang beradab(?). Mereka merasa bahwa Yunus ingin mengorbankan dirinya dan mungkin memerlukan mereka untuk membantunya. Mereka tidak mau bersekongkol dengan ketololannya. Jadi mereka berkata bahwa mereka mempunyai sistem untuk mengetahui salah atau benar dengan cara membuang “sial”. Dan berdasarkan sistem mereka yang kuno, kesialan itu berasal dari Yunus yang diketahui telah bersalah. Jadi mereka menangkapnya dan membuangnya ke laut.

    Sekarang, Mati atau Hidup?
    Pernyataan yang timbul ketika mereka membuang Yunus ke laut adalah, apakah dia mati atau hidup? Agar mudah mengetahui jawaban yang benar, biar saya menolong Anda dengan anggapan bahwa Yunus dengan sukarela berkorban ketika berkata,

    “Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi”. (Injil – Yunus 1: 12).

    Jika seseorang sukarela berkorban, maka dia tidak perlu dipaksa lagi untuk dibuang, orang-orang tidak perlu mendorongnya sebelum membuangnya. Orang tidak perlu memelintir lengannya atau kakinya untuk membuangnya. Semua orang setuju akan hal itu.

    Sekarang kembali ke pertanyaan tadi: Apakah Yunus mati atau hidup ketika dia dibuang ke lautan? Kita sepakat bahwa dia masih hidup! Badai kemudian reda. Mungkin itu adalah kebetulan. Seekor ikan besar datang dan menelannya. Apakah dia mati atau hidup? Kembali orang-orang berkata bahwa dia hidup. Dari perut ikan dia berdoa memohon pertolongan Tuhan. Apakah orang yang mati bisa berdoa? “Tidak!” jadi dia masih hidup! Pada hari ketiga, sang ikan memuntahkannya ke laut kembali. Mati atau hidup? Dan jawabannya adalah hidup! Ini adalah suatu mukjizat diantara sekian banyak mukjizat. Bahwa dia hidup! Orang Kristen berkata bahwa dia hidup! Orang Muslim berkata bahwa dia hidup! Agak aneh bahwa Yesus memilih “tanda” (mukjizat) Yunus sebagai satu-satunya mukjizatnya juga. Ini adalah sesuatu dimana tiga agama besar bersepakat.

    Inilah ikhtisar Mukjizat Besar dari kitab Yunus:

    Jika seseorang dibuang ke lautan luas, dia pasti akan mati. Karena Yunus tidak mati maka berarti itu suatu mukjizat!

    Seekor ikan datang dan menelannya. Dia pasti mati. Tetapi dia tidak mati. Maka berarti mukjizat yang kedua.

    Karena panas dan udara yang sesak dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam, maka dia pasti mati. Tetapi dia tidak mati. Jadi ini adalah mukjizat diantara mukjizat-mukjizat lainnya.

    Jika Anda mengira seseorang mati dan dia ternyata tidak mati, maka itu disebut suatu mukjizat. Jika seseorang dihadapkan pada sepasukan regu tembak dan 6 peluru ditembakkan pada tubuhnya dan orang itu mati, apakah ini Mukjizat? “Tidak!” tetapi jika dia hidup dan menertawakannya, apakah ini Mukjizat? Tentu saja ini mukjizat. Kita tiap kali mengira Yunus mati, tetapi ternyata dia tidak mati. Oleh karenanya ini disebut muksjizat beruntun.

    Jadi, Yesus Seperti Yunus
    Setelah dihukum salib, Yesus juga disangka sudah mati. Jika dia mati, maka tidak ada mukjizat. Tetapi jika ia masih hidup, seperti yang dia ramalkan dan buktikan “di dalam kitab suci” maka itu adalah suatu “tanda”. Suatu mukjizat! Dan inilah kata-katanya:

    “.. Seperti Nabi Yunus…”

    “Seperti nabi Yunus tiga hari dan tiga malam di dalam perut ikan paus, demikian juga anak manusia ….” (Matius 12: 40).

    Bagaimana keadaan Yunus di dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam – hidup atau mati? Muslim, Kristen dan Yahudi sepakat bahwa ia hidup! Bagaimana Yesus selama di pekuburan – mati atau hidup? Lebih dari satu milyar Kristen di setiap gereja sepakat bahwa ia mati! Apakah ini seperti Yunus atau tidak sama seperti Yunus? Dan semua orang yang waras pasti berkata bahwa ini sangat tidak sama seperti Yunus. Yesus berkata bahwa dia akan “seperti Yunus” dan pengikut-pengikutnya yang fanatik berkata bahwa dia tidak sama seperti Yunus! Siapa yang berbohong – Yesus atau para pengikutnya? Saya persilahkan Anda untuk menjawabnya.

    “Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga anak manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.” (Injil – Matius 12: 40).

    Yesus berada “di perut bumi”. Dia dianggap telah terkubur di pemakaman yang letaknya di bawah permukaan bumi.

    Terima kasih… 🙂

    • Salam kembali Saudaraku Abu yang sangat terpelajar.

      Saya senang membaca tanggapan Saudaraku yang sarat dengan bobot akademik dan intektualitas. Hanya saya merasa perlu sedikit meluruskan agar pembahasan kita mengenai kebenaran ilahi tetap “on the track”.

      PERTAMA :
      Sayang sekali bahwa Saudaraku melewati ayat-ayat Al-Qur’an yang dibicarakan dalam tulisan kami. Yaitu Surat 3 Ali Imran ayat 55 dan Surat 5 Al-Maidah ayat 117. Kedua ayat Al-Qur’an tersebut sangat jelas menegaskan bahwa Isa Putra Maryam mengalami kematian atau wafat. Di dalam kedua ayat tersebut Allah tidak mengatakan bahwa Isa mengalami mati suri atau pingsan. Allah juga tidak mengatakan bahwa Isa mengalami seperti yang dialami Yunus yaitu hidup dalam perut ikan besar selama 3 hari. Masakan Allah tidak tahu membedakan antara wafat dengan mati suri atau pingsan atau tiga hari “seperti Yunus di perut ikan”?

      Allah mengatakan bahwa Isa wafat atau meninggal dunia. Itu artinya : Isa wafat atau meninggal dunia. Hal ini sudah dibicarakan panjang-lebar dalam tulisan kami tersebut. Lengkap dengan kata, istilah atau anak kalimat bahasa Arab yang digunakan Al-Qur’an dalam ayat-ayat tersebut. Bolehkah kita mengesampingkan perkataan Allah tersebut dan menggantinya dengan pendapat pribadi kita, hanya dikarenakan kita tidak sependapat dengan perkataan Allah tersebut? Bolehkah kita meremehkan kalimat Allah atau Firman Allah yang ada dalam Surat 3 Ali Imran ayat 55 dan Surat 5 Al-Maidah ayat 117 tersebut, dan menggantinya dengan pendapat kita yang bertentangan dengan itu? Bolehkah kita menolak sabda Allah hanya demi mempertahankan pendapat kita? Bukankah itu akan sama artinya dengan bahwa kita tidak mau menerima bahwa ayat Al-Qur’an tersebut benar? Bukankah itu akan sama artinya dengan bahwa kita mengatakan ayat Al-Qur’an tersebut tidak benar? Bahwa ayat Al-Qur’an tersebut salah? Berarti juga bahwa Al-Qur’an salah? Sementara kita tahu bahwa Al-Qur’an berkata bahwa ayat Al-Qur’an tidak mungkin ada yang salah. Jadi kalau Surat 3 Ali Imran ayat 55 dan 5 Surat Al-Maidah ayat 117 itu benar, berarti Isa benar-benar wafat atau meninggal dunia.

      Kalau maksud Surat 4 An Nisa ayat 157 itu adalah penyelamatan Allah terhadap Isa dari penyaliban, berarti maksudnya sama saja. Berarti Isa tidak jadi wafat, tidak jadi disalibkan, tidak pernah mengalami kematian. Bukankah ini sangat bertentangan? Allah berkehendak bahwa Isa akan wafat atau meninggal dunia (Surat 3 Ali Imran ayat 55 dan Surat 5 Al-Maidah 117). Itu begitu jelas dan tegas. Lalu, seolah-olah kehendak Allah tersebut tidak terlaksana atau batal. Sementara Allah menyampaikan kehendak-Nya itu sampai dua kali dalam Al-Qur’an. Yaitu melalui kedua ayat tersebut. Bahkan kalau mau didukung oleh Surat 19 Maryam ayat 33, berarti tiga kali Al-Qur’an mengatakan bahwa Allah berkehendak Isa wafat atau meninggal dunia. Kami merasa perlu untuk mengingatkan bahwa didalam memberikan pendapat, jangan sampai kita meremehkan, merendahkan ataupun menolak ayat-ayat Al-Qur’an. Hati-hati, nanti kita dipandang kafir di mata Allah. Dapat terjadi, kita akan dilaknati oleh semua yang dapat melaknati.

      KEDUA :
      Sebagai tambahan, ijinkan juga kami memberikan pendapat mengenai perumpamaan “seperti Yunus tiga di perut ikan” tersebut. Kiasan tersebut sangat jelas menunjuk kepada : bahwa Isa (Yesus) akan berada didalam perut bumi (di dalam kuburan) selama tiga hari.
      (40) Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam (Injil Matius 12 : 40)

      Isa (Yesus) sudah menubuatkan bahwa Dia akan dikubur selama tiga hari. Itu berarti Isa wafat atau meninggal dunia.Tentu itu bukan dimaksudkan bahwa Isa (Yesus) tiga hari tinggal didalam rahim bumi sambil tetap hidup, sebagaimana Yunus tiga hari hidup didalam perut ikani. Sangat banyak ayat dalam Kitab Suci umat Nasrani yang mengatakan bahwa Isa (Yesus) mati dan dikuburkan. Pada hari yang ketiga Dia dibangkitkan dari kematian. Surat Maryam ayat 33 juga mengatakan Isa wafat (meninggal dunia), kemudian dibangkitkan Allah dari kematian.

      Demikian Saudaraku Abu. Kalau ada cara penyampaian kami yang kurang bijaksana atau kurang berkenan, kami sungguh mohon dimaafkan. Salam.

  2. abu

    Kita mungkin tidak percaya bahwa Yesus dimakamkan 6 kaki di bawah tanah. Kuburan tersebut seperti ruangan bawah tanah dimana terdapat celah-celah sehingga udara bebas keluar masuk. Jim Bishop dalam buku The Day Christ Died (Pada hari Yesus wafat), mengatakan bahwa pekuburan tersebut berukuran lebar 5 kaki, tinggi 7 kaki dan kedalaman 15 kaki dengan balkan-balkan di dalamnya yang bagi orang-orang gelandangan pasti mau memakainya sebagai tempat tinggalnya. Orang Yahudi curiga. Semuanya ini sangat mencurigakan:

    – Kuburan yang mudah dijangkau.

    – Bantuan dari murid ‘rahasia’.

    – Orang yang ‘sama-sama disalib’ masih hidup.

    – Kakinya tidak patah; sementara dua orang lainnya patah.

    – Izin yang cepat dan mudah yang diberikan oleh Pilatus untuk mengambil tubuh Yesus.

    Untuk alasan-alasan di atas dan alasan-alasan lainnya, orang-orang Yahudi curiga. Mereka merasa bahwa mereka telah ditipu. Yesus masih hidup! (?) Maka mereka pergi ke Pilatus: Tetapi mereka terlambat. Mereka terlambat 24jam!
    “Keesokan harinya, … datanglah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi bersama-sama menghadap Pilatus, dan mereka berkata, ‘Tuan, kami ingat bahwa si penyesat sewaktu hidupnya berkata, …. Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu. Sampai hari yang ketiga; jikalau tidak … Penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya daripada yang pertama”. (Injil – Matius 27: 62-64).

    Orang-orang Yahudi itu membicarakan tentang ‘pertama’ dan ‘terakhir’. Mereka tidak sadar bahwa mereka telah ketinggalan. Mereka pergi ke Pilatus esok harinya dan meminta agar makam Yesus dijaga. Pilatus tidak tertarik dengan permintaan mereka yang kekanak-kanakan. Tapi dia sudah bosan dengan mereka, jadi dia berkata:

    “… Ini penjaga-penjaga bagimu, pergi dan jagalah kubur itu sebaik-baiknya”. (Injil – Matius 27: 65).

    Apa yang orang-orang Yahudi lakukan selanjutnya tidaklah penting lagi. Mereka sudah terlambat satu hari! Tetapi kaum pemuja-pemuja Kristen merubah kata ‘penjaga’ menjadi tentara-tentara dan membuat kata ‘tentara’ menjadi ‘tentara-tentara’ Romawi. Lalu mereka menguraikan bagaimana efisiensinya tentara-tentara Romawi tersebut sehingga mereka tidak pernah bisa tidur ataupun beristirahat, juga hukuman yang akan diterima apabila mereka melakukan kesalahan: Apakah itu semua menggambarkan bahwa tentara Romawi tersebut tidak tercela? Tidak pernah melakukan kesalahan? Ini adalah suatu penipuan yang mereka kembangkan sebagai sebuah seni!

    Apakah kesalahan pertama yang dibuat orang-orang Yahudi tersebut sewaktu menghukum Yesus? Pertama adalah bahwa mereka telah mengijinkan Yesus diturunkan dari kayu salib tanpa mematahkan kedua kakinya karena mengira Yesus sudah mati. Kesalahan ‘terakhir’ adalah membiarkan murid-murid ‘rahasianya’ untuk membantu menguburkannya ‘tanpa’ ikut menjaga kuburannya. Tetapi di saat yang sama, mereka membuat kesalahan lain dengan mendatangi Pilatus ‘esok’ harinya dan mereka terlambat. Allah bertindak dengan cara yang misterius. Cara-Nya bukanlah cara kita. Allah berfirman,

    “Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baiknya pembalas tipu daya.” (QS. Ali Imran (3): 54).

    Hari itu adalah Minggu pagi, hari ‘pertama’ dalam satu minggu, menurut perhitungan Yahudi dengan Sabtu adalah hari Sabbath sebagai hari ketujuh. Hari itu Maria Magdalena sendiri mendatangi pekuburan Yesus (Markus 16: 9 dan Yohanes 20: 1).

    Pertanyaannya adalah: Mengapa dia pergi ke sana? Untuk meminyaki Yesus (Markus 16: 1). Dalam bahasa Ibrani meminyaki adalah ‘masaha’ yang berarti mengusap, memijat, meminyaki. Pertanyaan kedua adalah: Apakah orang-orang Yahudi memijat mayat setelah 3 hari? Jawabnya adalah “tidak!” Apakah Muslim (yang mempunyai tata cara memperlakukan mayat seperti Yahudi) juga memijat mayat setelah tiga hari? Dan jawabannya juga tidak! Lalu mengapa seorang Yahudi ingin memijat mayat yang sudah membusuk setelah tiga hari? Kita tahu bahwa setelah tiga jam meninggal, maka mayat akan menjadi kaku. Dalam tiga hari, mayat akan membusuk dimana sel-sel tubuh akan pecah dan terurai. Jika seseorang menggosok mayat yang sudah membusuk maka mayat tersebut pasti akan hancur berantakan. Apakah penggosokan itu masuk akal? tidak!

    Bagaimanapun juga, mungkin masuk akal apabila dia mencari seseorang yang masih hidup. Seperti diketahui tadi, bahwa dia adalah satu-satunya orang selain Yusuf dari Aritea dan Nikodemus yang melakukan pemakaman bagi Yesus. Jika dia melihat bahwa ada tanda-tanda bahwa Yesus masih hidup ketika diturunkan dari salib, dia pasti tidak akan berteriak “Dia masih hidup!”. Dia kembali setelah dua malam satu hari, ketika hari Sabbath sudah berlalu, untuk merawat Yesus.

    Dia sangat heran saat tiba di pemakaman karena melihat bahwa batu-batu penutup lubang pemakaman sudah dipindahkan seseorang. Pertanyaan lain timbul. Mengapa batu tersebut dipindahkan seseorang. Karena akan mengeluarkan tubuh seseorang yang masih hidup. Bagi seseorang yang sudah mati, maka batu yang dipindahkan itu tidak ada gunanya. Bagi hantu, batu atau pun jeruji besi bukanlah suatu masalah dan tidak membuatnya terpenjara.

    Pindahnya batu dan terbukanya pintu kubur diperlukan bagi tubuh secara fisik untuk bangun dan sadar, dan bukanlah untuk kebangkitan kembali! Kosongnya kuburan adalah suatu antiklimaks dari apa yang memang diharapkannya! Jadi wanita itu (Yesus pernah mengusir tujuh setan dari pada-nya – Markus 16: 9) menangis tersedu-sedu. Yesus memperhatikan wanita itu tidak jauh dari sekitar pemakaman tersebut – bukan dari surga, tetapi dari bumi.

    Daerah pemakaman tersebut dimiliki secara pribadi oleh Yusuf dari Aritea (seorang Yahudi kaya yang sangat berpengaruh), yang mampu memiliki pemakaman dengan ruangan yang besar. Di sekitar pemakaman tersebut terdapat kebun buah-buahan. Tolong jangan mencoba mengatakan pada saya bahwa Yahudi ini sangat dermawan sehingga dia menanam buah-buahan di tempat yang jauhnya 5 mil dari kota hanya untuk tempat menggembala sapi dan domba bagi orang lain. Tentu saja dia juga harus membangun kebun bagi pekerja dan tempat tinggalnya bersama keluarga untuk bersenang-senang selama akhir pekan (?).

    Yesus ada di sana! Dia sedang memperhatikan Maria. Dia mengenalnya dan dia tahu mengapa Maria ada di sana. Dia mendekatinya dari belakang dan begitu tahu bahwa ia menangis, maka Yesus berkata:

    “Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?” (Injil – Yohanes 20: 15).

    Sebelum Maria menjawab, perkenankan saya untuk menyela, “Mengapa Yesus menanyakan pertanyaan yang kedengarannya bodoh? Bukankah Yesus pasti tahu alasannya? Tentu saja dia tahu! Lalu mengapa Yesus mengajukan pertanyaan bodoh?

    Kenyataannya, pertanyaan itu bukanlah pertanyaan bodoh meskipun kedengarannya seperti itu. Yesus tahu bahwa Maria sedang mencarinya dan kecewa karena tidak menemukannya. Tetapi Yesus juga tahu bahwa karena penyamarannya yang sempurna maka Maria tidak mengenalinya. Dalam menggambarkan kejadian ini, Yohanes mengungkapkan:

    “Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepadanya.” (Injil – Yohanes 20: 15).

    Sekarang, mengapa Maria mengira bahwa dia adalah penunggu taman? Apakah orang yang bangkit kembali akan seperti penunggu taman? Tidak! Lalu mengapa Maria menyangka bahwa dia adalah penunggu taman? Karena dia menyamar sebagai seorang penunggu taman! Mengapa dia menyamar sebagai penunggu taman? Karena dia takut terhadap orang Yahudi! Mengapa dia takut terhadap orang Yahudi? Karena dia tidak mati. Jika dia mati, maka dia tidak perlu takut lagi. Kenapa tidak? Karena orang yang telah bangkit dari kematian tidak akan mati lagi untuk kedua kalinya!

    Siapa yang berkata seperti itu? Injil yang mengatakannya. Dimana?

    “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi” (Injil – Ibrani 9: 27).

    Maria mengira bahwa Yesus yang sedang menyamar itu adalah penunggu taman, dan ia berkata kepadanya,

    “Tuan, jikalau tuan yang mengambil dia, katakanlah kepadaku, dimana tuan meletakkan dia”. (Inji1 – Yohanes 20: 15).

    Maria tidak mencari sesosok mayat. Dia mencari seorang manusia hidup. Dan dia ingin tahu lebih jauh lagi dengan bertanya “Di mana kamu meletakkan dia?” Bukan bertanya, “Dimana kamu menguburkannya?”

    “Supaya aku dapat mengambilnya “. (Injil – Yohanes 20: 15).

    Membawanya ke mana? Apa yang dia inginkan dari sesosok mayat? Dia hanya bisa menguburkannya. Siapa yang bisa menggali kuburannya? Membawa sesosok mayat mungkin hal yang kecil bagi seorang super woman Amerika, tetapi bagi seorang wanita Yahudi yang lemah ini, membawa mayat yang berat adalah hal yang mustahil. Berat mayat tersebut ditambah dengan berat campuran minyak mur dan minyak gaharu yang beratnya 100 pon (Injil Yohanes 19: 39). Bagaimana pula cara menguburkannya? Dia harus menggali lubang! Apakah ini masuk akal?

    Maria tidak mengenali Yesus yang menyamar tersebut. Yesus memanggil “Maria!” Hanya satu kata! Tetapi itu cukup. Kata ‘Maria’ cukup membuat Maria mengenali Gurunya. Setiap orang masing-masing memiliki gaya dan cara yang unik dan khas dalam memanggil orang tertentu. Intonasi pengucapan ‘Maria’ membuat Maria sadar dan mengenali gurunya. Guru! Guru! Karena gembira ia langsung lari untuk memeluk gurunya, Yesus berkata,

    “Janganlah engkau memegang aku”. (Injil – Yohanes 20: 17).

    Pertanyaan yang Sederhana
    Mengapa tidak boleh? Apakah dia mempunyai aliran listrik di tubuhnya, sehingga bila Maria menyentuhnya maka ia akan kesetrum. Tidak! “Janganlah engkau memegang aku!” karena akan menyakitkan. Dia baru saja mengalami penyiksaan secara fisik dan emosional yang membuat luka pada sekujur tubuhnya sehingga akan menyakitkan apabila dia membiarkan Maria menyentuh tubuhnya. Yesus meneruskan:

    “Sebab aku belum pergi kepada Bapa”. (Injil – Yohanes 20: 17).

    Maria tidak buta, Dia bisa melihat laki-laki yang berdiri di depannya. Apakah arti dari kalimat Yesus: ‘aku belum pergi – sedang dia berdiri di situ? Yesus sebenarnya mengatakan pada Maria bahwa dia tidak bangkit dari kematian. Dalam bahasa Yahudi; dalam ungkapan Yahudi, Yesus berkata, “Saya belum meninggal!” – Dia berkata, “Saya masih hidup”.

    “Tetapi ketika mereka mendengar, bahwa Yesus hidup, dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya”. (Injil-Markus 16: 11).

  3. wiwit

    Masalah ini merupakan salah satu masalah perselisihan penting antara orang Islam dengan orang Kristen. Bila terjadi percakapan mengenai keagamaan dengan seorang gerejawan, biasanya dia memulai dengan mengatakan; Lihatlah, meskipun terdapat permusuhan yang sangat tajam antara orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen tetapi keduanya sepakat bahwa Yesus mati disalib dan dokumen-dokumen Pemerintah Roma juga membuktikannya. Tetapi enam ratus tahun sesudah Almasih di Gurun Sahara Arab muncul satu orang, dan bertentangan dengan pandangan seluruh dunia, dia mengumumkan: Almasih tidak mati atau dibunuh di palang salib. Apakah kata-kata orang ini dapat dipercaya?

    Wahai orang-orang beriman, katakanlah, bahwa kata-kata itu adalah benar. Sayang orang yang menentang tidak memahaminya. Memang Rasulullah s.a.w. seorang ummi (buta aksara) meskipun begitu, berbeda dengan kepercayaan semua bangsa dan kaum, beliau membuktikan pernyataannya dengan dalil-dalil yang tidak terbantahkan. Hal ini adalah mukjizatnya yang besar dan merupakan bukti pula atas kebenaran pengakuan beliau itu.

    Keyakinan saya, Allah Taala telah menyelamatkan Yesus dari kematian di atas kayu salib, seperti halnya Dia menyelamatkan nabi-nabi lainnya, sesuai sunnah-Nya, orang mau membakar Nabi Ibrahim a.s. dan memasukkannya ke dalam api. Tetapi, api itu didinginkan oleh Allah Taala. Dr. Zwimer menulis dalam “Rahasia Ajaib” (Assir Al’Ajeeb) bahwa “Yeremiah diikat dengan tali lalu dibuang dalam sumur yang dalam, namun diselamatkan oleh Allah.” Demikian pula Allah telah menyelamatkan tiga orang teman Daniel ketika mereka diikat dan diseret untuk dimasukkan dalam tannur yang sedang menyala-nyala (hal. 67). Seperti itu pula orang-orang Yahudi ingin membunuh Yesus di atas kayu salib supaya terbukti bahwa dia terkutuk. Tetapi, Allah Taala menyelamatkannya dari kematian terkutuk itu, bahkan menjadikannya orang mulia.

    Singkatnya, kematian Yesus di atas kayu salib tidak terbukti secara meyakinkan. Sebelum saya mengemukakan peristiwa salib dan hakikatnya berdasarkan Injil, saya ingin menyebutkan dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Yesus tidak mati di kayu salib, seperti berikut:

    Pertama: Taurat mengatakan tentang pendusta yang mengaku menjadi nabi: “Nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum mati, karena ia telah mengajak murtad terhadap TUHAN, Allahmu….” (Ulangan 13:5). Lalu Taurat mengatakan: “Apabila seseorang berbuat dosa…terkutuk oleh Allah” (Ulangan 21;22,23). Almasih jelas menyatakan dirinya seorang nabi, sedang orang-orang Yahudi menganggapnya pendusta (naudzubillah). Kalau, umpamanya, kita katakan orang-orang Yahudi menaikkannya di atas kayu salib dan mati di atas kayu salib itu, maka kesimpulan logisnya ialah dia memang benar mati terkutuk di atas kayu salib (naudzubillah). Karena itu, maka orang-orang Kristen menganut akidah kematian Almasih di atas kayu salib dan mempercayainya terkutuk. Dikatakan: “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis; “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” (Galatia 3;13). Iktikad Kristen ini salah sekali, karena menarik kesimpulan Almasih tidak benar (naudzubillah) dalam pengakuannya sebagai nabi, malahan dusta dan mengada-ada. Singkatnya, kematiannya di atas kayu salib itu menafikan atau membohongkan sesuai dengan rencana orang-orang Yahudi. Akan tetapi, Almasih itu orang benar; oleh sebab itu akidah kematian di atas kayu salib itu hanya hikayat belaka.

    Kedua: Menurut pandangan Kristen, kematian Yesus di atas kayu salib itu adalah “suatu keharusan” karena melalui cara yang aneh ini dosa mereka tertebus. Menurut segi pandang Injil, untuk meraih najat (keselamatan) kematian Almasih di atas kayu salib itu tidak diperlukan. Almasih mengatakan: “Di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” (Matius 9:6). Keterangan Almasih ini diberikan ketika dia masih hidup. Jelas bahwa untuk menebus dosa, kematiannya di atas kayu salib bukanlah suatu keharusan.

    Ketiga: Orang Kristen mengatakan, Yesus terbunuh untuk menyelamatkan mereka agar menjadi penebus dosa mereka. Kalau tidak mati di salib berarti kabar suka dari Paulus dan kepercayaan orang-orang Kristen akan menjadi sia-sia. Saya mengatakan, memang benar Yesus tidak mati di atas kayu salib dan dakwah Anda itu salah. Kematian di atas kayu salib itu bertentangan dengan kehendak Allah dan dengan misi yang diembannya. Allah sendiri menyatakan:

    “Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran” (Hosea 6:6). Dan: “Pergilah dan pelajarilah arti firman ini: yang kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil oranng benar, melainkan orang berdosa (Matius 9:13).”

    Jelas Allah mengkehendaki kasih saying, bukan kurban, untuk memperoleh kasih sayang-Nya jalan satu-satunya ialah bertobat, yang untuk itu Yesus menyeru sepanjang hidupnya. Tidak ayal lagi kalau Yesus mati di kayu salib, kematian demi menebus dosa manusia adalah berlawanan dengan kehendak Allah dan dengan kedudukan Yesus sendiri.

    Keempat: Dalam Injil Matius dikatakan:
    “Jawabanya kepada mereka: ‘Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam (Matius 12:39,40).

    Untuk mengetahui apakah Nabi Yunus tetap hidup dalam perut ikan atau mati, bacalah kata-kata Kitab Yunus yang mengatakan:

    “Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya. Berdoalah Yunus kepada TUHAN, Allahnya, dari dalam perut ikan hiu” (Yunus 1:17 dan 2:1).

    Yesus telah memberikan contoh, mukjizat Nabi Yunus sebagai pegangan bagi keturunannya dan ini jelas Yunus masuk perut ikan dalam keadaan tetap hidup, tinggal dalam perut ikan juga dalam keadaan hidup keluar dalam keadaan hidup. Karenanya Yesus juga harus dimasukkan ke liang kubur hidup-hidup dan dikeluarkan juga hidup-hidup. Kalau tidak, janji Yesus dan satu-satunya mukjizatnya menjadi sia-sia. Hanya ada dua jalan bagi orang-orang Kristen: Mengingkari kematian Yesus di kayu salib dan mempercayai bahwa dia diselamatkan dari kematian di kayu salib itu hidup-hidup, sesuai dengan kepercayaan kami. Dalam keadaan seperti ini nubuatan Almasih akan genap dan akan terbukti pula mukjizatnya. Atau, tetap menganut akidah kematiannya di atas kayu salib dan ini berarti mereka membantah mukjizat tersebut. Tetapi, perlu diingat, bahwa menerima kepercayaan ini berarti dia mengaitkan persamaan dengan mukjizat Yunus. Karena itu adalah tepat bila dikatakan bahwa Almasih sekali-kali tidak mati di atas kayu salib.
    Kelima: Ketika Yesus mengetahui tentang kisah salib dan niat jahat orang-orang Yahudi, menurut Lukas: “Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira seperlempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa, kataNya: ‘Ya Bapaku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini daripadaKu; tetapi bukanlah kehendakKu, melainkan kehendakMulah yang terjadi’. Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepadaNya untuk memberi kekuatan kepadaNya” (Lukas 22:41-43).

    Almasih mendoa dengan segala kerendahan hati agar dia diselamatkan dari maut yang hina dan mengerikan itu. Cawan itu adalah cawan maut. Sekarang timbul pertanyaan: Apakah doa Yesus ini didengar atau tidak?
    Kalau didengar, kepercayaan bahwa dia mati di atas salib berarti batal. Sebaliknya, kalau tidak didengar berarti diragukan apakah dia benar atau tidak, karena dalam Kitab Amsal dikatakan:

    “TUHAN itu jauh daripada orang fasik, tetapi doa orang benar didengarnya” (Amsal 15:29).

    Yang benar ialah, Allah Taala telah mendengar ratap tangisnya, sesuai dengan kebiasaan dan sunah-Nya. Almasih pasti diselamatkan dari kematian di atas tiang salib yang terkutuk itu.

    Keenam: Dalam “Surat Kepada Orang Ibrani” dikatakan:
    “Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkanNya dari maut, dan karena kesalehanNya ia telah didengarkan” (Ibrahim 5:7).
    Ini adalah nubuatan dan keterangan tentang kejadian yang sebenarnya. Nubuatan ini membenarkan ayat dalam Amsal seperti berikut:

    “Takut akan TUHAN memperpanjang umur, tetapi tahun-tahun orang fasik diperpendek” (Amsal 10:27).

    Nubuatan ini tidak dapat menjadi genap kecuali kita mengakui bahwa Yesus telah diturunkan dari tiang salib dalam keadaan hidup. Adalah disebabkan kabar suka ini Yesus tetap tenang-tenang saja sampai saat-saat terakhir, karena dia yakin tidak akan mati di tiang salib dia mengadu: “Tuhanku, mengapa Kau tinggalkan daku.” Dia mengingatkan Tuhan akan janjiNya; karena Allah selalu memenuhi janjiNya, maka menyelamatkan Almasih dari kematian di atas tiang salib. Orang melihat dia dalam keadaan tidak sadar maka dikira mati, lalu dia diturunkan.

    Ketujuh: Dari Injil dapat kita ketahui bahwa Allah telah menyediakan sarana-sarana luar biasa demi menyelamatkan Yesus dari cengkeraman maut. Di antaranya ada kejadian-kejadian ajaib digambarkan dalam kitab-kitab Injil. Satu diantaranya Tuhan telah memperlihatkan mimpi kepada isteri Pilatus, lalu dia memberitahukan kepada suaminya:

    “Jangan engkau campuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku sangat menderita mimpi tadi malam” (Matius 27:19).

    Tampak di sini, Allah mengkehendaki supaya Almasih diselamatkan dari maut. Siapa yang bisa membendung iradah Illahi.

    Kedelapan: Injil Matius menerangkan bahwa Almasih itu gembala Bani Irael.

    “Dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umatKu Israel” (Matius 2:6).

    Almasih juga mengatakan:

    “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel” (Matius 15;24).

    Ketika Almasih datang orang-orang suku-suku Yahudi tersebar di mana-mana, di luar tanah airnya, dan “domba-domba keluarga Israel telah hilang”. Adalah kenyataan orang-orang Yahudi itu tersebar dari India sampai ke Ethiopia:

    Kesembilan: Almasih, seraya mencela orang-orang Yahudi, mengatakan:
    “Supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakaria anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah”(Matius 23:55).

    Sekiranya Yesus juga dibunuh di atas kayu salib oleh Yahudi dan darahnya juga mengalir, niscaya dia disebut dan dijadikan kata pemutus.
    Tetapi, dengan tidak menyebut hal itu, Yesus memang tidak bakal mungkin dibunuh oleh orang-orang Yahudi di atas tiang salib. Menyebut darahnya sendiri seharusnya diutamakannya.

    Kesepuluh: Di dalam kitab-kitab Injil yang kecil banyak dikemukakan adalah kata-kata Almasih tentang penderitaan-penderitaannya. Sebelum kejadian itu terjadi dia mengatakan:

    • “Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenai dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka (Matius 17:12).

    • “ Sebab sama seperti kilat memancar dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain, demikian pulalah halnya kelak Anak Manusia pada hari kedatanganNya. Tetapi Ia harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini” (Lukas 17:24,25).

    • “Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita” (Lukas 22:15).
    Sesudah kejadian peristiwa salib, dia mengatakan: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya atas segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya? (Lukas 24:25,26).

    Dari kata-kata yang jelas di atas menjadi jelas seterang matahari bahwa Almasih hanya harus memikul penderitaan; sesudah itu akan memperoleh keselamatan, dan tak akan mengalami maut di tiang salib. Sebutan tentang kematian dan pembunuhan lebih bersifat kutipan-kutipan. Adapun kata mati yang tersebut dalam berbagai riwayat dikemukakan secara berlebih-lebihan. Kedua keterangan dapat diterapkan begini: memikul penderitaan yang keras disebut juga sebagai maut. Paulus mengatakan:

    “Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar” (I Korintus 15:31).

    Sepuluh dalil tersebut di atas jelas-jelas menunjukkan bahwa Almasih tidak mati di kayu salib. Peristiwa salib sebenarnya ialah orang-orang Yahudi telah berusaha membunuh Almasih. Ia dibawa ke hadapan pengadilan Pemerintah Romawi. Oleh karena penguasa wilayah (gubernur), yaitu Pilatus, melihat Yesus tidak bersalah apa-apa, lalu memutuskan untuk membebaskannya. Kaum Yahudi yang sangat besar pengaruhnya dan kekuatannya terhadap pihak penguasa mengangkat suara yang bernada mengancam:

    “Jika engkau membebaskan Dia, engaku bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan kaisar.” (Yohanes 19:12).

    Pilatus ketakutan. Dia membuktikan sikap pengecut dan akhirnya menyerah seraya mengatakan:

    “Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri” (Matius 27:24).

    Ia menyerahkan Yesus untuk disalib dengan kehendak orang-orang Yahudi. Di dalam hati Pilatus ingin menyelamatkan Yesus. Untuk itu dia dalam diam-diam mengadakan cara dan upaya-upaya, satu di antaranya menetapkan agar hari Jumaat ditentukan untuk menaikkan Almasih ke kayu salib. Hari esoknya adalah hari Sabtu, hari khusus ibadat Sabat Yahudi. Untuk hari itu, orang-orang Yahudi harus mengadakan persiapan-persiapan yang cukup memadai. Waktu perlaksanaannya juga diulur-ulurnya hingga tengah hari; hanya tiga jam saja (Injil Yohanes). Waktu selama itu pasti tidak cukup untuk mati di kayu salib gaya masa purba itu.
    Menurut hukum (syariat) Yahudi seorang terhukum tidak boleh dibiarkan menggantung di tiang salib setelah matahari terbenam. Karena itu orang-orang Yahudi sendiri meminta izin agar Almasih diturunkan dari kayu salib, selepas tiga jam digantung. Lalu dia diturunkan.
    Kaki dua orang penyamun (yang disalib bersama Yesus) dipatah-patahkan supaya mati, tetapi kaki Yesus tidak diapa-apakan oleh anak buah Pilatus. Malahan mereka menyatakan dia sudah mati. Pilatus yang telah bersepakat dengan Yusuf Arimatea (murid tersembunyi Yesus) memanggilnya dan menyerahkan Yesus kepadanya. Dengan bantuan Nicodemus, Yusuf Arimatea mengobati luka-luka Yesus dengan obat-obatan dan rempah-rempah yang sudah diproses sebelumnya hingga akhirnya dia siuman atau sadar kembali. Luka-lukanya diobati dengan ramuan yang disebut “Marham Isa” sampai sekarang yang kita baca dalam buku-buku obat-obatan kuno. Dengan demikian Pilatus berhasil “cuci tangan” (melepas tanggungjawab) demikian rupa hingga tidak saja Yesus diselamatkan dari kematian disalib juga orang-orang Yahudi tidak dapat mengadukan Pilatus kepada Kaisar. Mereka mengira Yesus telah mati lalu mengatakan bahwa mereka telah berhasil membunuh Yesus dan membuat pengakuan bahwa risalah dari Tuhan gagal total. Murid-murid Almasih sendiri melarikan diri lebih dulu, tidak sanggup menghadapi orang-orang Yahudi. Bahkan mereka juga tunduk dan menerima apa juga yang dikatakan orang-orang Yahudi itu. Mereka juga mengatakan Yesus telah mati terbunuh di tiang salib. Namun, dia berhasil bangkit dari tengah orang-orang mati dan sekarang hidup.
    Untuk menyembunyikan kelemahan mereka dan karena tidak dapat membuktikan bahwa Yesus masih hidup, mereka mulai mengatakan dia telah naik ke langit. Mereka mengakui Yesus yang bersih dan tak bersalah itu mati terkutuk. Ini semata-mata dikarenakan kelemahan iman orang-orang Kristen permulaan dan kepolosan mereka yang terkenal itu. Boleh jadi khayalan Yesus naik ke langit itu diciptakan seseorang yang cerdik untuk mengalihkan perhatian orang-orang Yahudi dan ini kemudian dijadikan sebagai akidah.

    Singkatnya, orang-orang Yahudi dan Kristen tetap dalam keadaan ini hingga Nabi Muhammad s.a.w. datang dengan bantuan Roh Suci membawa kebenaran ke dunia. Dengan keberkatan wahyu Illahi beliau mengusir awan kejahilan. Beliau membersihkan Almasih dari kutukan Yahudi dan Kristen secara terbuka dan menyatakan:

    “Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang pembunuhan Isa benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak pula yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi yang sebenarnya Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Qur’an 4:157, 158).

    Jangan hendaknya ada orang Kristen yang melihat kebenaran nyata ini dengan menganggapnya aneh. Kebenaran ini sejalan dengan akal dan dibuktikan oleh kesaksian. Kebenaran ini menjamin kehormatan Yesus dan menggenapi nubuatan-nubuatan dalam Kitab Suci. Di dunia kejadian-kejadian pingsan seperti itu sering terjadi, dan senantiasa membuat kita keliru menyangka mati. Bibel sendiri mengatakan:

    “Tetapi datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan mereka membujuk orang banyak itu memihak mereka. Lalu mereka melempari Paulus dengan batu dan menyeretnya ke luar kota, karena mereka menyangka, bahwa ia telah mati. Akan tetapi ketika murid-murid itu berdiri mengelilingi dia, bangkitlah ia lalu masuk ke dalam kota. Keesokan harinya berangkatlah ia bersama-sama dengan Barnabas ke Derbe” (kisah Para Rasul 14:19-20).

    • Salam ketemu kembali dengan Saudaraku Wiwit. Apa kabar?

      Kami sangat mengagumi luasnya pengetahuan Saudaraku mengenai perbandingan antar agama. Kami yakin Saudaraku telah sangat banyak belajar. Namun ada hal yang ingin kami luruskan. Maaf kalau dalam hal-hal tertentu kami tidak sependapat dengan Saudaraku.

      Kami melihat, semua pemikiran serta konsep yang menolak berita kematian Isa di kayu salib timbul karena kurangnya pemahaman serta pengenalan akan Isa Al-Masih (Yesus). Memperbandingkan pengorbanan serta kematian Isa dengan peristiwa-peristiwa yang dialami Yeremiah, Daniel, teman-teman Daniel serta masih banyak yang lainnya adalah sangat jauh menyimpang. Misi Isa (Yesus) datang ke dunia, lahir sebagai manusia adalah untuk mengorbankan diri-Nya dan mati di kayu salib.

      Semua peristiwa serta kematian yang Isa (Yesus) alami tidak terlepas dari kehendak Allah. Peristiwa kelahiran Isa ke dunia, peristiwa penderitaan-Nya serta kematian-Nya di kayu salib sudah dinubuatkan atau diramalkan ribuan tahun sebelumnya oleh nabi-nabi terdahulu. Ratusan hingga ribuan tahun sebelum Isa (Yesus) lahir ke bumi, para nabi telah meramalkan atau bernubuat (menerima pewahyuan dari Allah). Mereka menubuatkan bahwa satu saat nanti Isa akan datang ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa.

      1. Nabi Mikha meramalkan bahwa Isa akan lahir di Betlehem (Mikha 5 : 1),

      Mikha 5:1
      Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil diantara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.

      Ramalan atau nubuatan nabi Mikha tersebut digenapi atau dipenuhi dengan lahirnya Isa di Betlehem (Matius 2 : 1-6)

      1 Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem
      2 dan bertanya-tanya: “Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.”
      3 Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem.
      4 Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan.
      5 Mereka berkata kepadanya: “Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi:
      6 Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel.”

      2. Nabi Yesaya meramalkan atau menubuatkan bahwa Isa akan lahir dari seorang perempuan perawan (Yesaya 7 : 14),

      Yesaya 7 : 14
      14. Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.

      Ramalan atau nubuatan nabi Yesaya tersebut digenapi dengan hamilnya Maryam (ibu Isa) yang masih perawan dan belum pernah disentuh laki-laki (Lukas 1 : 30-35, Matius 1 : 10-25)

      Lukas 1 : 30-35
      30 Kata malaikat itu kepadanya: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.
      31 Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.
      34 Kata Maria kepada malaikat itu: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?”
      35 Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.

      Matius 1 : 20-25
      20 Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.
      21 Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.”
      22 Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi:
      23 “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” — yang berarti: Allah menyertai kita.
      24 Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya,
      25 tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.

      3. Ratusan tahun sebelum Isa lahir, Allah telah berfirman melalui nabi Yesaya mengenai rencana kedatangan Isa ke dunia. Nabi Yesaya menubuatkan bahwa Isa yang akan datang akan menderita sengsara. Dia akan dianiaya, dihina dan dihindari orang. Namun Dia membiarkan diri-Nya ditindas. Dia tidak pernah mengeluh, tidak mau melawan. Dia tidak pernah membuka mulut-Nya untuk membantah (Yesaya 53:2-7). Dia rela menderita karena kita. Dia datang untuk memikul dosa dan kejahatan kita. Dia menanggung hukuman yang seharusnya kita tanggung. Dia ditikam, diremukkan. Dia kena tulah. Dia memikul kutuk. Seharusnya kitalah yang dihukum Allah. Tetapi hukuman tersebut dipindahkan dan ditimpakan kepada Isa agar kita selamat. Semua itu dilakukan Isa karena Dia mengasihi kita.

      Yesaya 53 : 2-7
      2 Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya.
      3 Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan.
      4 Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.
      5 Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
      6 Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.
      7 Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.

      Ramalan atau nubuatan nabi Yesaya tersebut digenapi dalam Perjanjian Baru dalam 1 Petrus 2 : 23-24.

      1 Petrus 2 : 23-24
      23 Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.
      24 Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.

      Nabi Yesaya juga telah meramalkan bahwa dalam matinya, Isa ada diantara penjahat-penjahat (Yesaya 53 : 9)

      Yesaya 53 : 9
      9 Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya.

      Ramalan nabi Yesaya tersebut digenapi pada saat penyaliban Isa (Yesus) (Lukas 23 : 33, 46)

      Lukas 23 : 33,46
      33. Setelah sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Isa di sana bersama kedua penjahat, seorang di sebelah kanan-Nya dan seorang lagi di sebelah kiri-Nya.
      46. Kemudian dengan suara nyaring Isa berseru, Ya Bapa, kedalam tangan-Mu kuserahkan nyawa-Ku.” Sesudah bersabda demikian, Ia menghembuskan nafas terakhir.
      Masih ada lagi cukup banyak ramalan atau nubuatan para nabi terdahulu yang meramalkan mengenai Isa (Yesus) yang akan datang. Tidak semua kami kutip disini. Nanti terlalu panjang.

      Jadi semua peristiwa yang dialami Isa (Yesus) sudah diwahyukan Allah jauh-jauh hari sebelumnya. Isa akan diutus ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa serta kehancuran akibat dosa. Para nabi sudah menubuatkan atau meramalkan bahwa Isa akan mengorbankan diri-Nya (boleh juga jika mau disebutkan : dikorbankan Allah) di bumi. Para nabi jauh-jauh hari sudah menubuatkan bahwa Isa akan menanggung tulah atau kutuk akibat Dia memikul dosa umat manusia. Dia kena tulah (menjadi terkutuk) karena Dia mengambil alih dosa umat-Nya kepada diri-Nya. Hukuman karena dosa yang seharusnya dipikul oleh orang-orang berdosa dipindahkan Allah kepada diri-Nya. Allah berkehendak agar Dia dikorbankan dan dibunuh di kayu salib. Dia akan mati secara terkutuk. Dia akan digantung diantara penjahat-penjahat. Dia akan disejajarkan dengan para penjahat tersebut. Padahal seumur hidup-Nya Dia tidak pernah sekalipun berbuat dosa atau kejahatan. Semua itu Dia terima karena Dia rela mengambil alih dosa dan kejahatan kita.

      Semua hal yang kami sebutkan itu sudah diwahyukan Allah jauh-jauh hari sebelum Isa lahir ke bumi. Allah berkehendak mengorbankan Isa karena Allah mengasihi umat manusia yang berdosa dan berkehendak menyelamatkan mereka. Isa disediakan Allah sebagai solusi bagi dosa dan hukuman. Isa disediakan sebagai kurban pengganti. Barangsiapa yang mau percaya kepada Isa, menerima Isa serta taat kepada Isa, dosa-dosanya akan diampuni dan diselamatkan dari hukuman. Ini merupakan bagian dari berita Injil. Inilah informasi mengenai siapa Isa (Yesus) menurut Alkitab.

      Sejauh ini kami masih sangat dapat mengerti kalau seorang Muslim belum dapat menerima kebenaran-kebenaran dari Kitab Suci umat Nasrani tersebut. Maklum, mungkin sudah menerima ajaran yang begitu membekas dan mendalam mengenai hal kematian Isa tersebut yang berbeda jauh dengan apa yang Alkitab sampaikan. Kami sangat dapat memahami hal tersebut.

      Namun ada satu hal yang kami tidak habis heran. Mengapa seorang Muslim sulit juga untuk menerima ayat-ayat Allah SWT yang ada di Al-Qur’an? Bukankah sangat jelas dan tegas Allah SWT di dalam Surat Ali Imran, Surat Al-Maidah serta Surat Maryam mengatakan bahwa Isa wafat? Juga bahwa Isa bangkit atau hidup kembali setelah mati? (sebagaimana yang telah kami ulas dalam tulisan kami tersebut).

      Mengapa seperti ada kesulitan untuk mengimani firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an? Apakah semudah itu seorang Muslim mengingkari ayat-ayat Allah serta menolak kebenarannya? Mengapa kita sepertinya menyepelekan Allah SWT dengan tidak mau menggubris perkataan-Nya? Apakah ayat-ayat Al-Qur’an bukan merupakan perkataan ilahi yang harus diterima, dihormati serta diimani?

      Sekali lagi kami mau ulangi, Allah SWT di dalam Surat Ali Imran, Al-Maidah dan Surat Maryam bersabda bahwa Allah berkehendak mewafatkan Isa. Masakan kehendak Alah SWT begitu mudah gagal atau tidak terlaksana?

      Maaf kalau tanggapan kami mungkin terlalu kebablasan. Kami senang melihat ketekunan dan kegigihan Saudaraku Wiwit dalam mencari kebenaran. Kiranya Allah membuka mata batin kita lebih lagi sehingga kita dapat melihat kebenaran sejati. Salam.

      • wiwit

        Alhamdulillah, saya dalam keadaan baik…Terima kasih

        Sekarang yang masih perlu saya kemukakan ialah hasil penelitian terhadap cerita-cerita Injil itu. Harus diingat bahwa tidak satupun di antara penulis-penulis keempat Injil itu yang menyaksikan sendiri apa yang terjadi pada peristiwa salib itu. Sebab, murid-murid Yesus dalam situasi yang gawat itu lari meninggalkan Yesus di tangan musuhnya (Matius 26:56). Bahkan sangat boleh jadi bahwa penulis-penulis Injil itu bukan murid-murid Yesus. Oleh karena itu keterangan-keterangan yang mereka berikan hanya semata-mata berdasarkan cerita-cerita yang mereka dengar dari orang lain. Kesaksian mereka didasarkan pada riwayat yang didengar dari orang-orang lain itu.

        Selain itu dalam mengenai satu kejadian saja terdapat lebih dari dua puluh perbedaan yang cukup untuk tidak mempercayai cerita-cerita itu sendiri. Saya minta dengan hormat kepada pembaca diskusi ini untuk menganggap dirinya sebagai hakim mengadili perkara pembunuhan salah seorang nabi besar. Perkara ini sangat penting karena apabila pembunuhan itu benar-benar terjadi sesuai dengan kepercayaan orang-orang Yahudi dan Kristen, maka nabi itu terkutuk. Umat Kristen yang mengaku Yesus telah dibunuh tidak punya saksi mata yang menyaksikan peristiwa itu. Mereka hanya percaya pada cerita-cerita keempat penulis Injil yang menulis berdasarkan cerita-cerita dan perkiraan-perkiraan semata dengan memberi kesaksian yang berbeda-beda pula. Saya ingin membuktikan bahwa cerita-cerita mereka itu bertentangan satu dengan yang lain. Menjadi undang-undang pengadilan-pengadilan di seluruh dunia, apabila berbagai kesaksian itu bertentangan satu dengan lainnya kesaksian itu dinyatakan gugur.

        Sekarang saya kemukakan pertentangan-pertentangan itu sebagai berikut:

        Pertama: Siapa yang memanggul salib ke Golgota, Yesuskah atau Simonkah? Markus menulis:
        “Pada waktu itu lewat seorang yang bernama Simon, orang Kirene, ayah Aleksander dan Rufus, yang baru datang dari luar kota, dan orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus. Mereka membawa Yesus ke tempat yang bernama Golgota, yang berarti: Tempat Tengkorak” (Markus 15:21-22).

        Lukas menulis:
        “Ketika mereka membawa Yesus, mereka menahan seorang yang bernama Simon dari Kirene, yang baru datang dari luar kota, lalu diletakkan salib itu di atas bahunya, supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus” (Lukas 23:26).

        Matius menulis:
        “Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukannya?” Namun mereka makin keras berteriak: “Ia harus disalibkan!” (Matius 27:23).

        Yohanes memberikan keterangan yang berbeda sekali dengan ketiga keterangan di atas, dia menulis:

        “Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan” (Yohanes 19:16).

        Kedua: Apakah Yesus mengecap atau tidak anggur campur atau cuka sebelum digantung di kayu salib?

        Matius menulis:
        “Maka sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota, artinya: Tempat tengkorak. Lalu mereka memberi Dia minum anggur bercampur empedu. Setelah Ia mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya” (Matius 27:33-34).

        Markus menulis:
        “Lalu mereka memberi anggur bercampur mur kepadaNya, tetapi Ia menolaknya.” (Markus 15:23).

        Dalam keterangan Matius dikatakan bahwa Yesus telah “minum anggur bercampur empedu setelah dikecapnya, maka tiadalah Ia mau meminumnya. Sedangkan dalam keterangan kedua (Markus) dikatakan: “tidak menerimanya”. Akan tetapi dua saksi lainnya (Yohanes dan Lukas) tidak menyebutkan peristiwa itu sama sekali.

        Ketiga: Cerita cuka di kayu salib.
        Lukas tidak menyebut apa pun tentang peristiwa itu.

        Yohanes mengatakan:
        “Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia – supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci : “Aku haus!” Di situ ada suatu bekas penuh anggur masam. Maka mereka mencucurkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur masam, pada sebatang hisop lalu menunjukkan ke mulut Yesus. Sesudah Yesus meminum anggur masam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepadaNya dan menyerahkan nyawaNya” (Yohanes 19:28-30).

        Markus mengatakan:
        “Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eloi, Eloi lama sabakhtani?” yang berarti: AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau tinggalkan Aku? Mendengar itu, beberapa orang berdiri di situ berkata: “Lihat, Ia memanggil Elia.” Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam itu dan mencucurkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: “Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia” (Markus 15:34-36).

        Matius mengatakan:
        “Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: “Ia memanggil Elia.” Dan segeralah datang seorang dari mereka; ia mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucurkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum. Tetapi orang-orang lain berkata: “Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia” (Matius 27:47-49).

        Ketiga kesaksian ini bertentangan. Yohanes mengatakan Yesus berkata: “Aku haus”, dia sendiri menyatakan keinginannya untuk minum. Tetapi dua saksi lagi mengatakan dia tidak minta air dan tidak pula mengatakan “Aku haus”. Lalu Yohanes mengatakan bahwa “mereka” mengenakan lumut pada mulut Yesus. Matius dan Markus mengubah kata “mereka” menjadi “seorang”. Antara Markus dan Matius juga terjadi beda pendapat. Markus mengatakan, seorang yang memberi lumut, dia mengatakan: “Janganlah, kita lihat: kalau-kalau Elias datang menyelamatkan Dia”. Matius tidak mengatakan seorang, melainkan “mereka yang lain” yang mengatakannya.

        Keempat: Kapan Almasih dipantek di kayu salib?
        Matius dan Lukas tidak menerangkan secara jelas tentang waktu dinaikkan di atas kayu salib. Tetapi Yahya (Yohanes) mengatakan:
        “Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam enam. Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu: ‘Inilah rajamu!’ Maka berteriaklah mereka: ‘Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Saliblah Dia!’ Kata Pilatus kepada mereka: ‘Haruskah aku menyalibkan rajamu?’ Jawab imam-imam kepala: ‘Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!’ Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan” (Yohanes 19:14-16).

        Riwayat-riwayat ini mengungkapkan bahwa Yesus disalibkan sesudah pukul enam, yaitu tengahari. Tetapi Markus menerangkan yang sebaliknya.
        “Hari jam tiga ketika ia disalibkan” (Markus 15:25).

        Kelima: Apakah kedua-dua penyamun itu menyindir Yesus? Atau cuma satu?

        Matius mengatakan:
        “Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga” (Matius 24:44).

        Markus mengatakan:
        “Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga.” (Markus 15:32).

        Saksi ketiga, Lukas membantah dua saksi itu, mengatakan:
        “Seorang dari penjahat yang digantung itu menghujat Dia, katanya: ‘Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah dirimu dan kami! Tetapi yang seorang menegur Dia, katanya: ‘Tidakkah Engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang Engkau menerima hukuman yang sama?” (Lukas 23:39-40).

        Keterangan ketiga orang saksi ini bertentangan secara mencolok. Dua saksi pertama mengatakan, yang mencela Yesus adalah kedua orang yang digantung bersama dia. Saksi ketiga mengatakan, tidak, yang mencela Yesus cuma satu orang, yang satu lagi malah membelanya.
        Saksi keempat yaitu Yohanes, diam sama sekali.

        Keenam: Di mana dan berapa wanita hadir pada peristiwa itu?

        Yohanes mengatakan:
        “Dan dekat salib Yesus berdiri ibuNya dan saudara ibuNya, Maria, isteri kepada Klopas dan Maria Magdalena” (Yohanes 19:25).

        Lukas mengatakan:
        “Semua orang yang mengenal Yesus dari dekat, termasuk perempuan-perempuan yang mengikuti Dia dari Galilea, berdiri jauh-jauh dan melihat semuanya itu” (Lukas 23;49).

        Markus mengatakan:
        “Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, diantaranya Maria Magdalena, Maria Ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome” (Markus 15:40).

        Matius mengatakan:
        “Dan ada di situ banyak perempuan yang melihat dari jauh, yaitu perempuan-perempuan yang mengikuti Yesus dari Galilea untuk melayani Dia. Di antara mereka terdapat Maria Magdalena, dan Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu anak-anak Zebedeus” (Matius 27:55-56).

        Dari keterangan Yohanes jelas bahwa wanita-wanita itu berada dekat “dekat kayu salib” sedangkan keterangan lainnya mengatakan, “berdiri jauh-jauh dan melihat semuanya.” Anehnya Bunda Maria disebut hanya oleh Yohanes, lainnya semua tidak ada yang mengatakan apa-apa. Maria Magdalena menurut keterangan Yohanes, berada di dekat kayu salib. Menurut yang lain-lainnya, melihat dari jauh. Perbedaan keterangan-keterangan ini seperti perbedaan antara langit dan bumi.
        Mengenai bilangan wanita yang berada di situ juga sangat berbeda: Apakah tiga atau empat, atau banyak?

        Ketujuh: Apakah saat itu dunia seluruhnya diliputi kegelapan?

        Matius menerangkan:
        “Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga.” (Matius 27:45).

        Kata Markus:
        “Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga.” (Markus 15:33).

        Lukas mengatakan:
        “Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga” (Lukas 23:44).

        Inilah kesaksian tiga saksi ini dan saksi keempat yaitu Yohanes tidak menyebutkan apapun tentang kejadian ini. Diamnya Yohanes sungguh mengherankan. Tidak masuk akal sama sekali bahwa Yohanes sebagai seorang yang suka melebih-lebihkan itu akan diam total, tidak bercerita tentang sesuatu mukjizat yang begitu besar. Hal ini juga menarik untuk direnungkan bahwa siapa dia yang menceritakan kepada ketiga-tiga saksi yang begitu polos itu bahwa dunia seluruhnya diliputi oleh suasana gelap. Keterangan mereka ini menunjukkan jelas-jelas bahwa orang-orang ini luar biasa polosnya dan sangat lugu, sampai-sampai mereka mengira bahwa desa mereka itulah “dunia seluruhnya”. Hal ini juga tidak dapat dipastikan bahwa Yerusalem waktu itu diliputi kegelapan. Namun sayang sekali sejarah tidak pernah menerangkan sesuatu yang membenarkan cerita itu.

        Kedelapan: Hakikat seruan Yesus dan cariknya Bait Allah.

        Matius mengatakan:
        “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ Artinya: AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: ‘Ia memanggil Elia.’ Dan segeralah datang seorang dari mereka; ia mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum. Tetapi orang-orang lain berkata: ‘Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia.’ Yesus berseru pula dengan dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawaNya. Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit” (Matius 27:46-52).

        Matius mengatakan:
        “Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eloi, Eloi, lama sabakhtani?’, yang berarti: Allahku, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: ‘Lihat, Ia memanggil Elia.’ Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: ‘baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia.’ Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawaNya. Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah” (Markus 15:34-38).

        Lukas mengatakan:
        “Sebab matahari tidak bersinar. Dan tabir bait suci terbelah dua. Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: Ya Bapa, ke dalam tanganMu kuserahkan nyawaKu.’ Dan sesudah berkata demikianIah menyerahkan nyawaNya” (Lukas 23:45-46).

        Tetapi Yohanes tidak menyebutkan apapun tentang hal-hal yang fantastis ini. Dengan tidak menceritakan apa-apa tentang peristiwa-peristiwa yang begitu penting saat terjadinya, tentu saja sikap ini menggugurkan kesaksian-kesaksian lainnya, selain cerita ketiga orang itu juga bertentangan. Markus hanya menceritakan berserunya Yesus dengan suara nyaring dan tentang cariknya tirai Bait Allah di tengah, bukan dari atas ke bawah. Matius bercerita tidak sampai di situ saja melainkan berkata bahwa bumi pun gempa dan batu-batu gunung terbelah-belah, kubur-kubur terbuka dan mayat-mayat yang sudah wafat telah bangkit dan pulang ke rumahnya. Saya tegaskan kalau apa yang diterangkan oleh Matius itu benar, maka saksi-saksi lainnya telah melakukan perbuatan benar-benar tercela karena mereka tidak menceritakan peristiwa bersejarah yang begitu penting. Akan tetapi, kalau keterangan-keterangan mereka itu benar, maka keterangan yang diberikan oleh Matius berarti satu cerita tidak lebih dari pada hikayat, cerita fantasi, dan khayalan semata lagi tidak pernah ada dalam kenyataan. Berdasarkan sejarah yang tersebut kebelakangan itulah yang benar. Dalam pada itu bertentangan antara satu dengan yang lain, disebabkan keterangan-keterangan yang salah, ketiga kesaksian adalah sia-sia.

        Pada surah yang sdr Fahami bertentangan sebenarnya tidak, justru menerangkan sebuah alur cerita.

        Allah mengatakan pada Isa, bahwa pada waktu ia dilahirkan, ia dilahirkan dengan penuh keberkahan, dan pada saat kematiannya pun dalam keadaan yang penuh keberkahan, tidak berada dalam keadaan disalib. Sementara bukti-bukti beliau itu hidup (bukan hidup kembali) setelah penyaliban dlm al kitab sdh banyak sy uraikan. Yaitu salah satunya mengikuti “Tanda”nya nabi Yunus, 3 hari dlm perut ikan tetap hidup, Yesus 3 hari dalam perut bumi juga hidup. Dikeluarkan dari perut ikan pun tetap hidup, sama halnya dengan Yesus. Tetap hidup begitu keluar dari rahim bumi… Itulah yang beliau tunjukkan TANDANYA Nabi Yunus, Mukzizatnya Nabi Yunus, tetap Hidup..

        Oleh karena itu, Qs. 19 Maryam 33 Allah SWT berfirman. “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (Qs. 19 Maryam 33) menunjukkan bahwa Isa akan meninggal secara wajar sebagaimana halnya mahluk Allah SWT yang lainnya tidak secara di atas kayu salib QS Al A’raaf : 25 :
        “Allah berfirman: “Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu kamu akan dibangkitkan.” (Al A’raaf : 25).
        Semua akan dibangkitkan pada hari pengadilan kelak.

        Kemudian sesuai dengan nubuat yang akan terjadi, beliau akan pergi dan meninggalkan semua muridnya dan menyerahkannya pada Allah SWT sampai datangnya seorang Penghibur yang lain. QS. Ass Shaaf : 6
        “Dan ketika ‘Isa ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad .” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata.”

        Hal ini persis nubuat yang dikatakan dalam Al Kitab:
        “Namun, Aku mengatakan kebenaran ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu. Tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.” (Injil – Yohanes 16:7).

        bahwa kelak akan datang seorang utusan yang akan menggantikan posisinya membawa ajaran Allah SWT, seperti nubuat yang disampaikan pada nabi Musa :

        “Bukankah Musa telah berkata kepada Bapa: Tuhan Allah akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari antara saudara-saudaramu bani Israil sama seperti aku. Dengarkanlah dia dalam segala sesuatu yang akan dikatakannya kepadamu. (Injil – Kisah Para Rasul 3: 22)

        Diantara saudara bani Israil adalah bani Ismail
        dan juga karena kedatangannya hanyalah sebagai penerus ajaran yang sudah ada, bukan merubahnya, mengantarkannya pada ajaran yang sempurna yaitu Al Islam.

        Maka setelah terjadinya pelarian dan perlawanan dan ditangkapnya(?) Yesus (tidak dengan sukarela), Allah mengabulkan Do’a Yesus dengan diselamatkannya ia dari penyaliban. Kisah penyaliban ini benar-benar disalib atau tidak, sdh sy uraikan panjang lebar sebelumnya. Dan di dalam Qs. 4 An Nisa ayat 157-158, Allah SWT menceritakan peristiwa tersebut, yaitu sekali lagi Allah SWT menyelamatkan Isa Putera Maryam dengan bahasa yang santun.

        157. dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa

        158. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

        Demikian…

      • Salam buat Saudaraku Wiwit. Maafkan kami kalau kami sangat lambat untuk mereply komentar Saudaraku.
        Sebenarnya kami berharap bahwa dalam pembicaraan ini terjadi diskusi dialogis. Tidak seperti yang terjadi sejauh ini. Kami melihat kecenderungan bahwa Saudaraku seperti belum sempat membaca jawaban kami sebelumnya, namun Saudaraku sudah mengirim komen baru dengan arah pembicaraan yang sudah berbeda sama sekali. Sebenarnya kami berharap bahwa Saudaraku menyempatkan diri untuk membaca tanggapan kami dan Saudaraku masuk kedalam isi atau substansi dari tanggapan kami tersebut. Lalu Saudaraku memberikan dulu komentar atau jawaban terhadap tanggapan kami tersebut, baru kemudian mengembangkannya. Dengan demikian pembicaraan diantara kita menjadi terarah; bukannya kesana kemari tanpa arah.

        Untuk pembicaraan yang akan datang kami berharap dialog yang lebih terarah tersebut dapat kita wujudkan.
        Untuk menjaga agar komunikasi diantara kita tetap terjalin, kami usahakan menanggapi Saudaraku walaupun mungkin belum dapat selengkapnya. Sambil menunggu tanggapan Saudaraku terhadap jawaban-jawaban kami yang terdahulu (yang telah kami posting sebelumnya), kami akan tampilkan dulu jawaban seadanya.

        Kami mulai dengan mengutip pendapat Saudaraku di atas : “Harus diingat bahwa tidak satupun di antara penulis-penulis keempat Injil itu yang menyaksikan sendiri apa yang terjadi pada peristiwa salib itu. Sebab, murid-murid Yesus dalam situasi yang gawat itu lari meninggalkan Yesus di tangan musuhnya (Matius 26:56).Bahkan sangat boleh jadi bahwa penulis-penulis Injil itu bukan murid-murid Yesus. Oleh karena itu keterangan-keterangan yang mereka berikan hanya semata-mata berdasarkan cerita-cerita yang mereka dengar dari orang lain. Kesaksian mereka didasarkan pada riwayat yang didengar dari orang-orang lain itu.”

        Tanggapan kami :

        Sebelum berbicara lebih jauh, kita perlu lebih dahulu mengetahui bahwa ayat-ayat Kitab Suci itu ditulis dengan tuntunan ilham dari Allah (2 Timotius 3 : 14-16).

        14 Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu. 15 Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. 16 Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (2 Timotius 3 : 14-16)

        Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa semua isi Kitab Suci umat Nasrani diilhamkan atau diwahyukan oleh Allah. Jadi, seandainyapun benar bahwa para murid Isa (Yesus) sudah tidak berada di lokasi penyaliban Isa (karena sudah lari), peristiwa penyaliban dan kematian Isa tersebut ditulis dengan diwahyukan oleh Allah. Keempat Injil ditulis melalui pewahyuan ilahi.

        Untuk memudahkan pemahamannya, kita bandingkan saja dengan penulisan Al-Qur’an. Al-Qur’an diwahyukan melalui Rasulullah SAW. Sementara Rasulullah SAW sendiri tidak pernah sama sekali menyaksikan satupun dari kisah-kisah masa lalu yang tertulis di Al-Qur’an tersebut. Baik itu peristiwa yang terjadi pada masa nabi Adam, atau apa yang dialami oleh anak-anak nabi Adam, atau air bah yang terjadi pada zaman nabi Nuh, atau perjalanan nabi Ibrahim, peristiwa nabi Musa, Harun, Dawud, Sulaiman bahkan hingga nabi Yahya dan Isa Al-Masih. Tidak satupun peristiwa tersebut pernah disaksikan oleh Rasulullah SAW. Namun tokh tidak sulit buat umat Muslim untuk percaya dengan begitu saja terhadap apa yang ditulis oleh Al-Qur’an tersebut. Umat Muslim sangat yakin bahwa semua yang dituliskan Al-Qur’an tersebut benar karena umat Muslim yakin bahwa semua ayat tersebut diilhami atau diwahyukan oleh Allah. Nah, sementara Allah sendiri berkata di Al-Qur’an bahwa Allah jugalah yang mengilhami atau mewahyukan Kitab Suci umat Nasrani. Seharusnya tidak perlu sulit juga bagi umat Muslim untuk mempercayai isi Kitab Suci termasuk kisah penyaliban dan kematian Isa yang tertulis dalam keempat Injil.

        Perlu juga rasanya kami singgung sedikit tentang beberapa saksi mata peristiwa penyaliban atau kematian Isa tersebut. Kitab Injil mengatakan bahwa ada beberapa wanita pengikut Isa (Yesus) yang berdiri agak jauh dari tiang kayu salib sambil memandangi Yesus dan kayu salib dari jauh (Markus 15 : 40,41 ; Matius 27 : 55-56).
        39 Waktu kepala pasukan (Romawi) yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia: “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!” 40 Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, di antaranya Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome. 41 Mereka semuanya telah mengikut Yesus dan melayani-Nya waktu Ia di Galilea. Dan ada juga di situ banyak perempuan lain yang telah datang ke Yerusalem bersama-sama dengan Yesus. (Markus 15 : 39,40,41)

        Artinya, ada orang-orang yang dapat menjadi sumber informasi mengenai peristiwa penyaliban dan kematian Isa (Yesus) tersebut.

        Selain itu ada satu ayat lagi yang meyebutkan bahwa semua orang yang kenal dekat dengan Isa (Yesus) berdiri jauh-jauh dari tiang kayu salib dan melihat peristiwa tersebut dari jauh (Lukas 23 : 48,49).

        48 Dan sesudah seluruh orang banyak, yang datang berkerumun di situ untuk tontonan itu, melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri. 49 Semua orang yang mengenal Yesus dari dekat, termasuk perempuan-perempuan yang mengikuti Dia dari Galilea, berdiri jauh-jauh dan melihat semuanya itu.
        (Lukas 23 : 48,49)

        Sekedar untuk perbandingan, Rasulullah SAW tidak memiliki satu orang pun saksi (orang lain) yang menyaksikan langsung kejadian yang dikisahkan oleh Al-Qur’an tersebut. Namun tokh tidak terlalu sulit bagi umat Muslim untuk mempercayainya dengan begitu saja. Secara analogi, tentu tidak sulit juga bagi umat Muslim untuk percaya apa yang dikatakan Injil tersebut, terlebih jika mengingat bahwa penulisan Injil tersebut memiliki nilai lebih yaitu ada banyak saksi matanya.

        Khusus untuk pendapat Saudaraku bahwa Isa (Yesus) tidak benar wafat namun Isa mengalami seperti Yunus 3 hari di perut ikan tanpa mati. Saudaraku, saya merasa perlu menyarankan Saudaraku untuk membaca ulang tulisan kami berjudul “Benarkah Isa Wafat dan Bangkit sebelum ke Surga? (Menurut QS 3 Ali Imran 55, QS 5 Al-Maidah 117, dan QS 19 Maryam 33)” tersebut. Sangat jelas tiga Surat dalam Al-Qur’an yaitu Surat Ali ‘Imran ayat 55 , Surat Al-Maidah ayat 117 dan Surat Maryam ayat 33 mengatakan bahwa Isa wafat. Kalau yang mengatakan hal tersebut adalah Kitab-kitab Suci di luar Al-Qur’an, kami dapat mengerti kalau Saudaraku sulit untuk mempercayainya. Namun kalau yang mengatakannya Al-Qur’an, sangat wajar jika Saudaraku boleh mempercayainya. Perkataan Al-Qur’an adalah perkataan Allah. Kita percaya bahwa Allah sangat tahu atau sangat mampu untuk membedakan apakah Isa wafat, atau hanya pingsan atau hanya mati suri atau hanya seperti Yunus tiga hari di perut ikan. Saya yakin bahwa kita tidak perlu mengajari Allah (maaf!) mengenai hal tersebut. Kalau Alah mengatakan Isa wafat, itu boleh kita percayai. Kalau Allah sampai merasa perlu menggunakan 3 Surat Al-Qur’an untuk menegaskan bahwa Isa wafat, kami kira itu berarti sangat serius. Kami kira, kami tetap merasa perlu menyarankan Saudaraku untuk membaca ulang tulisan “Benarkah Isa Wafat dan Bangkit sebelum ke Surga? (Menurut QS 3 Ali Imran 55, QS 5 Al-Maidah 117, dan QS 19 Maryam 33)” tersebut.

        Khusus untuk menanggapi paparan Saudaraku mengenai perkataan Isa ataupun ramalan nabi Musa mengenai akan datangnya seorang rasul atau nabi yang ummi, kami tidak akan menguraikannya disini, karena takut terlalu panjang. Kalau Saudaraku tidak keberatan, silahkan baca tulisan kami berjudul : “Ramalan atau Pewahyuan mengenai Kedatangan Isa Al-Masih maupun Muhammad SAW”.

        Selanjutnya kalau Saudaraku sangat meragukan kebenaran atau bahkan keaslian Injil ataupun Kitab Suci umat Nasrani, kami menyarankan Saudaraku membaca tulisan kami berjudul : “Ummat Muslim menuduh bahwa: Injil sudah DIPALSUKAN !

        Demikian dulu untuk sementara Saudaraku Wiwit. Sebelum kita melanjutkan pembicaraan ke depan, kami menunggu dulu tanggapan Saudaraku terhadap isi atau substansi dari jawaban kami yang terdahulu, yaitu yang telah kami kirim sebelumnya kepada Saudaraku.

        Kami senang melihat kerinduan serta kehausan Saudaraku Wiwit didalam mencari kebenaran. Kiranya Allah membuka mata batin kita sehingga kita dapat mengenal kebenaran sejati. Salam Saudaraku Wiwit.

  4. wiwit

    Umat Islam meyakini dan membenarkan Kitab-kitab Suci yang pernah diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya, termasuk Injil, berdasarkan Kitab Suci Al Qur’an. Namun Injil yang ada sekarang bukanlah kitab yang diturunkan pada Yesus, melainkan karangan-karangan penulis Injil, hasil dari penelusuran mereka sendiri, walaupun hanya beberapa persen saja yang memang perkataan Yesus.

    Oleh sebab didalamnya hasil tulisan dan karangan para penulis injil, didalamnya terdapat banyak sekali pertentangan-pertentangan antara penulis satu dengan yang lainnya. Seharusnya anda sudah bisa mengetahui hal tersebut jika memang telah meneliti kitab anda sendiri.

    Sedangkan Al Qur’an, isinya dari zaman Nabi Muhammad SAW hingga sekarang tidak ada perubahan sama sekali dan tidak ada pertentangan didalamnya. Selalu terjaga dari tangan-tangan mahluk.
    ***
    Kami meyakini bahwa setiap manusia itu mengalami fase kelahiran, hidup didunia dan akhirnya wafat, hingga pada hari akhir kelak akan dibangkitkan kembali, sama halnya dengan Yesus, karena Yesus juga manusia biasa, seorang utusan yang diturunkan kepada bani Israel untuk menegakkan kalimat Tauhid (Tuhan yang Esa) dan mengembalikan hukum/ajaran Taurat Musa ke ajaran yang telah diselewengkan oleh Yahudi.

    Allah berfirman: “Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu kamu akan dibangkitkan. Al A’raaf : 25

    Sama seperti yang dikatakan dalam Injil :

    “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi” (Injil – Ibrani 9: 27).

    Karena kelahirannya yang diluar akal pada masa itu, dimana Yesus lahir hanya tanpa Ayah, hal itu mengkhawatirkan Ibunya, Maria (Siti Maryam).. Jelas, kelahiran tanpa ayah akan menimbulkan gossip dari kaumnya. Mereka akan menuding, bahwa anak itu lahir dari hasil zinah, sehingga ia hijrah kesuatu tempat untuk menghindar. Namun Allah SWT menenangkan Siti Maryam, bahwa anak yang dikandungnya itu akan membersihkan namanya dan yang akan menjawab tudingan-tudingan kotor bani Israel setelah ia lahir. Sehingga, Mu’zizat yang pertama Nabi Isa (Yesus) adalah mampu berbicara semasa ia masih dalam buaian :

    dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia adalah termasuk orang-orang yang saleh.” Al Imraan 46

    Oleh karena itulah dalam Al Qur’an, Yesus berkata :

    Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”. Maryam 33

    Yesus dimuliakan dengan diberikannya mu’zizat bisa berbicara ketika masih dalam buaian, Yesus dimuliakan kematiannya tidak pada kayu salib, dan pada hari kebangkitannya kelak, ia akan kembali dimuliakan sebagai nabi yang benar.

    Pada waktu disalib, Yesus tidaklah mati. Itu hanyalah rekayasa seperti yang sudah diuraikan dalam jawaban sebelumnya. Saksinya mana bahwa yesus telah mati disalib? Tidak ada, para sahabatnya justru melarikan diri pada waktu kritisnya. Dan yang mereka dengar hanyalah desas desus kematiannya. Makanya, pendek cerita, setelah Yesus diturunkan dan dikuburkan, kemudian bangkit dalam keadaan masih hidup menemui sahabatnya, dalam Injil Yesus berkata :
    “Janganlah engkau memegang aku”. (Injil – Yohanes 20: 17).
    Pertanyaan yang Sederhana
    Mengapa tidak boleh? Apakah dia mempunyai aliran listrik di tubuhnya, sehingga bila Maria menyentuhnya maka ia akan kesetrum. Tidak! “Janganlah engkau memegang aku!” karena akan menyakitkan. Dia baru saja mengalami penyiksaan secara fisik dan emosional yang membuat luka pada sekujur tubuhnya sehingga akan menyakitkan apabila dia membiarkan Maria menyentuh tubuhnya. Yesus meneruskan:
    “Sebab aku belum pergi kepada Bapa”. (Injil – Yohanes 20: 17).
    Oleh karena Yesus tidak mati dikayu salib, -Yesus belum kembali kepada Allah- yang semuanya itu hanya menimbulkan sangkaan dan desas-desus macam-macam, makanya Allah berfirman :
    dan karena ucapan mereka : “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, ‘Isa putra Maryam, Rasul Allah “, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak menyalibnya, tetapi orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang ‘Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah ‘Isa. Annisa 157

    Allah menyelamatkannya dengan mengangkatnya dari kematian ditiang salib ditempat yang aman.
    Tetapi , Allah telah mengangkat ‘Isa kepada-Nya . Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 158
    Al Qur’an meluruskan kisah itu, dan membersihkan nama Yesus dari bentuk ketuhanannya oleh para pengikutnya :
    ketika Allah berfirman: “Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan diantaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya”. AL Imran 55

    Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku yaitu: “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Al Maidah 117

    Sebelum wafatnya (bukan hasil penyaliban) secara wajar, Yesus meminta kepada Allah agar Allah mengutus Nabi yang lain dengan ajarannya yang lebih Universal, yang akan menjadi pedoman umat manusia selama-lamanya yaitu Islam. Ajaran inilah yang dibawa oleh nabi itu, yang akan memuliakan nama Yesus sebagai nabi.
    ‘Aku akan meminta kepada Bapa; dan Ia akan memberikan kepadamu seorang PENOLONG YANG LAIN, supaya ia menyertai kamu selama lamanya.” (Injil – Yohanes 14:16).
    “Tetapi Sang Penghibur, yaitu ‘Roh Kudus’, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, dialah yang akan mengajarkan segala hal kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Injil – Yohanes 14:26).

    Tetapi, siapa ROH KUDUS itu? Maksud Roh KUDUS itu adalah nabi yang benar. Jika ia Roh itu mengakui bahwa ia adalah utusan dari Allah, itulah nabi yang benar. Tapi Jika tidak, maka Roh itu adalah nabi palsu. Maka kita disuruh mengujinya, apakah roh itu nabi palsu atau nabi yang benar :
    “Saudara-saudaraku yang terkasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak NABI-NABI PALSU yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. ” (Injil – 1 Yohanes 4:1).
    ***
    Namun, seperti yang sudah diketahui oleh Yesus, bahwa kaumnya itu adalah para pembangkang, maka ia berkata :

    “Bukankah Musa telah berkata kepada Bapa: Tuhan Allah akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari antara saudara-saudaramu sama seperti aku. Dengarkanlah dia dalam segala sesuatu yang akan dikatakannya kepadamu. (Injil – Kisah Para Rasul 3: 22)
    Jika anda lupa firman Allah kepada Musa, baik akan saya cantumkan disini :
    Didalam Kitab nabi Musa (Ulangan 18 : 15) nabi Musa mengatakan bahwa akan datang seorang Nabi seperti nabi Musa, yang berasal dari antara SAUDARANYA orang Israel. SAUDARANYA ORANG ISRAEL
    15 Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara SAUDARA-SAUDARAmu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan. (Ulangan 18 : 15)
    Allah juga bersabda didalam Ulangan 18 : 18 bahwa Allah akan membangkitkan seorang Nabi dari ANTARA SAUDARA-SAUDARA orang Israel. Allah akan menaruh Firman‐Nya di mulut Nabi tersebut.
    18 seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya. (Ulangan 18 : 18)
    Tapi Anda menyangkal bahwa itu adalah nubuat untuk nabi Muhammad, krn Musa bisa membaca dan Muhammad itu tidak. Tpi jika saya katakana Nabi Muhammad dalam sejarahnya ber-Metamorfosis- telah bisa membaca anda pasti tidak akan percaya. Padahal, nubuat bahwa nabi itu sama dengan Musa, Allah telah menyisipkannya dalam Al Kitab tentang cirinya :
    Yesaya 29:12, kita baca: “Dan apabila kitab itu” (Al-kitab, Al-Qur’an – ‘pembacaan’, ‘pembawaan’) “diberikan kepada seorang yang tidak dapat membaca” Nabi yang ummi, Al Qur’an surat Al-A’raf ayat 158, dengan mengatakan, “Baiklah baca ini, Saya berdo’a untuk kamu” “Dan ia akan menjawab, ‘Aku tidak dapat membaca’.” “Aku tidak dapat membaca!” adalah terjemahan yang tepat dari kata-kata yang diucapkan 2 kali oleh Muhammad kepada Roh Kudus, Malaikat Jibril, ketika dia memerintahkan (“Baca!”).
    Mereka, kaum bani Israel tidak ingin, utusan yang akan datang dan ditunggu-tunggu itu lahir dari saudara mereka, yaitu dari keturunan bani Ismael. Keturunan Bani Ismael adalah MUHAMMAD SAW. Ishak menurunkan bani Israel, dan Saudaranya Ismael menurunkan bani ISMAEL
    dan karena ucapan mereka : “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, ‘Isa putra Maryam, Rasul Allah “, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak menyalibnya, tetapi orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang ‘Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah ‘Isa.( An nisa : 157)

    Tetapi , Allah telah mengangkat ‘Isa kepada-Nya . Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. ( An nisa : 158)
    Kesimpulannya, Islam tidak mengakui ketuhanan Yesus, Islam bukan anti Yesus, Islam itu :
    Menjadi Pengikut Nabi Muhammad SAW, seperti yang disampaikan oleh Yesus untuk diikuti, yang ajarannya menyertai dan melekat dalam kehidupan umat muslim
    Dan umat muslim tidak meninggalkan Yesus, malah menjadi pengikut Yesus yang sebenarnya
    Demikian, mohon maaf, kali ini tulisannya agak amburadul… Hehehe… Keep smile… 

    • Salam persaudaraan,
      Maaf lama tidak kontak. Kami senang Saudaraku Wiwit meng-”udara” kembali.
      Ijinkan kami menanggapi komen Saudaraku.

      PERTAMA :
      Kami melihat satu sikap positif yang Saudaraku miliki akhir-akhir ini. Khususnya saat Saudaraku mengatakan dalam kalimat kedua dari akhir : “Dan umat muslim tidak meninggalkan Yesus, malah menjadi pengikut Yesus yang sebenarnya.”

      Menurut pendapat kami, itulah sikap seorang Muslim sejati. Seorang Muslim sejati adalah orang yang mengimani Al-Qur’an sebagai wahyu Allah dan mentaati Al-Qur’an sebagai perintah Allah. Bukankah sikap seperti itu Saudaraku ambil karena keimanan Saudaraku terhadap Al-Qur’an?

      Sebenarnya kami tidak punya keinginan sedikitpun untuk berdebat, karena menurut pendapat kami, debat dapat membuat orang tergelincir mau mencari menang sendiri, dan bukan lagi mencari kebenaran atau obyektifitas.

      Apa yang kami coba lakukan hanyalah mencoba menggali dan menggali kebenaran serta harta terpendam yang ada didalam Al-Qur’an serta Alkitab. Mengapa dua kitab tersebut yang kami pilih? Mengapa bukan kitab suci agama lain? Karena kedua kitab tersebutlah yang diklaim oleh Allah SWT sebagai kitab yang diwahyukan-Nya. Jadi kami mencoba mengkaji keduanya. Bahkan mau tidak mau, suka atau tidak suka, kami terpaksa harus memperbandingkannya. Maka lahirlah tulisan-tulisan kami dengan berbagai judul sebagaimana yang telah Saudaraku baca.

      Kami pernah mengatakan bahwa sangat banyak tokoh yang dikisahkan dalam Al-Qur’an sama dengan tokoh yang telah dikisahkan lebih dulu oleh Alkitab; sangat banyak kisah peristiwa dalam Al-Qur’an yang menyerupai kisah yang telah dikisahkan lebih dulu oleh Alkitab. Kami mengatakan demikian karena kami membaca kedua-duanya. Kami juga pernah mengutarakan bahwa kisah peristiwa-peristiwa atau kisah tokoh-tokoh tersebut dituliskan oleh Al-Qur’an terlalu singkat, sangat sederhana dan tidak lengkap, jauh jika dibandingkan dengan yang dikisahkan oleh Alkitab. Kalau kita membaca kisah-kisah tersebut lewat Al-Qur’an, seringkali kita kehilangan banyak informasi. Melalui Al-Qur’an kita tidak dapat melihat faktor kronologis atau urutan waktu dari satu kisah atau tokoh tertentu. Misalkan, pada saat Al-Qur’an mengisahkan pembicaraan ibunya Isa (Siti Maryam) dengan kaumnya. Al-Qur’an mengidentifikasi Maryam sebagai saudara perempuan Harun (Qs. 19 Maryam 27-28).
      27. Maka Maryam membawa anak itu (Isa) kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.
      28. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”,
      “Ya ukhta haruna ma kana abukimra’a sau’iw wa ma kanat ummuki bagiyya(n).” (Qs. 19 Maryam 27-28, sumber : Lidwa Pusaka)

      Surat Maryam ayat 28 tersebut menyebutkan bahwa ibunya Isa Al‐Masih adalah saudara perempuan Harun. Sementara dari Alkitab kita tahu bahwa ibu Isa Al-Masih bukanlah saudara perempuan Harun. Saudara perempuan Harun bernama Miryam. Sementara ibunya Isa bernama Maryam (nama Miryam dengan Maryam memang rada-rada mirip). Dari Alkitab kita tahu bahwa Maryam dan Miryam adalah dua orang yang berbeda. Keduanya juga hidup pada zaman yang berbeda.

      Menurut Alkitab, Miryam bersama Harun dan Musa hidup pada zaman Mesir dengan Firaunnya (Keluaran 15 : 20). Al‐Qur’an dalam Surat Al A’raaf ayat 103‐137 mengatakan juga bahwa Harun dan Musa hidup pada zaman Mesir dengan Firaunnya. Sementara Maryam hidup pada zaman Romawi, yaitu pada awal tahun Masehi. Dari pengetahuan sejarah dunia kita tahu bahwa zaman Romawi terjadi ribuan tahun setelah zaman Mesir. Maryam hidup ribuan tahun setelah Miryam (saudara Harun). Maryam (ibunya Isa) bukanlah Miryam (saudara perempuan Harun).

      [Kebetulan Al-Qur’an tidak pernah mengatakan bahwa yang bernama Harun itu ada dua orang. Pertama, Harun saudara Musa. Kedua, Harun saudara Maryam. Al-Qur’an tidak pernah mengatakan seperti itu. Sangat tidak valid jika kita mencoba berspekulasi dengan menciptakan info sejarah yang baru yaitu dengan mengatakan bahwa yang bernama Harun itu ada dua orang. Menciptakan info seperti itu justru merupakan langkah pengingkaran terhadap Al-Qur’an, karena kita menciptakan sesuatu informasi yang Al-Qur’an tidak menyebutkannya. Seolah kita menganggap bahwa kita lebih tahu dari Al-Qur’an maupun Allah SWT. Kalau yang bernama Harun ada dua orang, masakan Allah SWT tidak tahu? Masakan Allah SWT lupa mengatakannya lewat Al-Qur’an? Kalau ada dua orang, masakan Allah SWT tidak mengatakannya dengan bahkan membiarkan Al-Qur’an dipertanyakan orang? Yang benar adalah, Yang bernama Harun hanya satu orangnya. Yaitu Saudara dari Musa.]

      Seperti yang kami katakan, kalau kita membaca Al-Qur’an, kita kehilangan banyak informasi. Terlalu simple dan tidak lengkap. Tidak seperti saat kita membaca Kitab Suci (untuk kisah tokoh atau kisah peristiwa yang sama). Bahkan akan segera terlihat bahwa Al-Qur’an tidak dapat memperlihatkan unsur kronologis atau urutan waktu dari peristiwa atau tokoh yang dikisahkan. Peristiwa mana terjadi duluan, yang mana belakangan. Tokoh mana yang hidup sebelumnya, tokoh mana yang hidup sesudahnya. Al-Qur’an tidak mengikuti alur kronologi atau urutan waktu sejarah. Kami mengutarakan hal ini sama sekali tanpa pretensi atau maksud lain. Ini hanya merupakan konsekwensi dari proses pengkajian yang kami lakukan terhadap kedua kitab.

      Apa yang mau kami sampaikan disini adalah : sama seperti itu halnya dengan kisah atau peristiwa Isa Al-Masih. Kami melihat pengkisahan Isa oleh Al-Qur’an sangat jauh dari lengkap. Bahkan hanya seperti sempalan cerita yang terputus-putus dan tercerai-berai. Ada kisah Isa yang muncul di surat Az-Zukhruf, ada pula muncul di surat Ali Imran, ada yang muncul di surat Maryam, di surat Al Baqarah, surat An Nisaa, surat Al-Maidah, surat Al Anam, dan surat Al Mukminuun. Masing-masing mengkisahkan Isa secara terpencar-pencar dan seolah tidak saling berhubungan. Bahkan di surat-surat tertentu pengkisahannya hanya sekelumit. Sementara dalam Kitab Suci Injil Isa dikisahkan hingga puluhan halaman, bahkan ratusan halaman. Pada saat kami mencoba mengkaji kedua kitab, kami menemukan keadaan tersebut. Kamipun mencoba untuk merangkaikannya sedemikian rupa agar harta terpendam yang ada dalam Al-Qur’an maupun Alkitab mengenai Isa tergali keluar. Antara lain lewat tulisan : “Agama Islam dan Kristen Sama-Sama Tidak Menyelamatkan” ; tulisan “Isa itu Manusia atau Tuhan? Telaah Mendalam Melalui Al-Qur’an, Hadis dan Alkitab” ; tulisan “Benarkah Isa Wafat dan Bangkit sebelum ke Surga? (Menurut QS 3 Ali Imran 55, QS 5 Al-Maidah 117, dan QS 19 Maryam 33)” – serta tulisan kami lainnya.

      Dari semua hasil kajian yang kami lakukan kami dapatkan bahwa adalah benar jika umat Muslim tidak meninggalkan Isa, bahkan menjadi pengikut Isa yang sebenarnya, sebagaimana yang Saudaraku Wiwit katakan.

      KEDUA :
      Saudaraku Wiwit mengatakan dalam komen di atas :
      Umat Islam meyakini dan membenarkan Kitab-kitab Suci yang pernah diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya, termasuk Injil, berdasarkan Kitab Suci Al Qur’an. Namun Injil yang ada sekarang bukanlah kitab yang diturunkan pada Yesus, melainkan karangan-karangan penulis Injil, hasil dari penelusuran mereka sendiri, walaupun hanya beberapa persen saja yang memang perkataan Yesus.
      DAN JUGA :
      Pada waktu disalib, Yesus tidaklah mati.Itu hanyalah rekayasa seperti yang sudah diuraikan dalam jawaban sebelumnya.Saksinya mana bahwa yesus telah mati disalib? Tidak ada, para sahabatnya justru melarikan diri pada waktu kritisnya.Dan yang mereka dengar hanyalah desas desus kematiannya.

      TANGGAPAN KAMI :
      Sebelum berbicara lebih jauh, kita perlu lebih dahulu mengetahui bahwa ayat-ayat Kitab Suci itu ditulis dengan tuntunan ilham dari Allah (2 Timotius 3 : 14-16).
      14 Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu.
      15 Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.
      16 Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (2 Timotius 3 : 14-16)

      Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa semua isi Kitab Suci umat Nasrani diilhamkan atau diwahyukan oleh Allah. Jadi, seandainyapun benar bahwa para murid Isa (Yesus) sudah tidak berada di lokasi penyaliban Isa (karena sudah lari), peristiwa penyaliban dan kematian Isa tersebut ditulis dengan diwahyukan oleh Allah. Keempat Injil ditulis melalui pewahyuan ilahi.

      Untuk memudahkan pemahamannya, kita bandingkan saja dengan penulisan Al-Qur’an. Al-Qur’an diwahyukan melalui Rasulullah SAW. Sementara Rasulullah SAW sendiri tidak pernah sama sekali menyaksikan satupun dari kisah-kisah masa lalu yang ditulis Al-Qur’an tersebut. Baik itu peristiwa yang terjadi pada masa nabi Adam, atau apa yang dialami oleh anak-anak nabi Adam, atau air bah yang terjadi pada zaman nabi Nuh, atau perjalanan nabi Ibrahim, peristiwa nabi Musa, Harun, Dawud, Sulaiman bahkan hingga nabi Yahya dan Isa Al-Masih. Tidak satupun peristiwa tersebut pernah disaksikan oleh Rasulullah SAW. Namun tokh tidak sulit buat umat Muslim untuk percaya dengan begitu saja terhadap apa yang ditulis oleh Al-Qur’an tersebut. Umat Muslim sangat yakin bahwa semua yang dituliskan Al-Qur’an tersebut benar karena umat Muslim yakin bahwa semua ayat tersebut diilhami atau diwahyukan oleh Allah. Nah, sementara Allah sendiri berkata di Al-Qur’an bahwa Allah jugalah yang mengilhami atau mewahyukan Kitab Suci umat Nasrani. Seharusnya tidak perlu sulit juga bagi umat Muslim untuk mempercayai isi Kitab Suci termasuk kisah penyaliban dan kematian Isa yang tertulis dalam keempat Injil.

      Perlu juga rasanya kami singgung sedikit tentang beberapa saksi mata peristiwa penyaliban atau kematian Isa tersebut. Kitab Injil mengatakan bahwa ada beberapa wanita pengikut Isa (Yesus) yang berdiri agak jauh dari tiang kayu salib sambil memandangi Yesus dan kayu salib dari jauh (Markus 15 : 40,41 ; Matius 27 : 55-56).

      39 Waktu kepala pasukan (Romawi) yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia: “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!”
      40 Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, di antaranya Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome.
      41 Mereka semuanya telah mengikut Yesus dan melayani-Nya waktu Ia di Galilea. Dan ada juga di situ banyak perempuan lain yang telah datang ke Yerusalem bersama-sama dengan Yesus. (Markus 15 : 39,40,41)

      Artinya, ada orang-orang atau saksi-saksi mata yang dapat menjadi sumber informasi mengenai peristiwa penyaliban dan kematian Isa (Yesus) tersebut.

      Selain itu ada satu ayat lagi yang menyebutkan bahwa semua orang yang kenal dekat dengan Isa (Yesus) berdiri jauh-jauh dari tiang kayu salib dan melihat peristiwa penyaliban tersebut dari jauh (Lukas 23 : 48,49).
      48 Dan sesudah seluruh orang banyak, yang datang berkerumun di situ untuk tontonan itu, melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri.
      49 Semua orang yang mengenal Yesus dari dekat, termasuk perempuan-perempuan yang mengikuti Dia dari Galilea, berdiri jauh-jauh dan melihat semuanya itu.
      (Lukas 23 : 48,49)

      Sekedar untuk perbandingan, Rasulullah SAW tidak memiliki satu orang pun saksi (orang lain) yang menyaksikan langsung kejadian yang dikisahkan oleh Al-Qur’an tersebut. Namun tokh tidak terlalu sulit bagi umat Muslim untuk mempercayainya dengan begitu saja. Sementara peristiwa penyaliban dan kematian Isa disaksikan oleh semua orang yang kenal dekat dengan Isa. Secara analogi, tentu tidak sulit juga bagi umat Muslim untuk percaya apa yang dikatakan Injil tersebut, terlebih jika mengingat bahwa penulisan Injil tersebut memiliki nilai lebih yaitu ada banyak saksi matanya.

      KETIGA :
      Untuk kesekian kalinya Saudaraku Wiwit masih mempersoalkan mengenai apakah ada atau tidak ramalan didalam Kitab Suci umat Nasrani mengenai kedatangan Muhammad SAW. Ini kutipan dari komen Saudaraku :

      Namun, seperti yang sudah diketahui oleh Yesus, bahwa kaumnya itu adalah para pembangkang, maka ia berkata :
      “Bukankah Musa telah berkata kepada Bapa: Tuhan Allah akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari antara saudara-saudaramu sama seperti aku. Dengarkanlah dia dalam segala sesuatu yang akan dikatakannya kepadamu. (Injil – Kisah Para Rasul 3: 22)

      Sebelumnya, saya harus meralat bahwa yang mengucapkan ayat di atas (Kisah Para Rasul 3 : 22) bukanlah Yesus, melainkan Simon Petrus. Simon Petrus adalah salah seorang dari murid Yesus. Dia mengucapkan ayat tersebut melalui pewahyuan ilahi.
      Kami sangat memahami kalau saudara-saudara dari Muslim sangat membutuhkan pengakuan dari umat Nasrani bahwa Alkitab ada meramalkan tentang kedatangan Muhammad SAW. Kalau memang ada, apalah salahnya, agar umat Muslim dan umat Nasrani sama-sama senang dan sama-sama bahagia. Tentu keberadaan Rasulullah SAW sebagai seorang nabi akan menjadi semakin sah kalau ramalan tersebut memang benar ada dalam Kitab Suci. Al-Qur’an juga akan terluput dari didakwa bohong jika ramalan tersebut memang ada. Sebab kalau tidak ada, dapat terjadi bahwa Al-Qur’an akan digugat bohong atau kosong. Sebagai akibatnya Al-Qur’an dapat dituduh tidak benar. Sekaligus juga dapat terjadi bahwa status kenabian Rasulullah SAW akan diragukan orang.
      Kami telah berulangkali mencoba mempelajari Kitab Suci umat Nasrani. Ternyata, memang tidak pernah ada ramalan tersebut di seluruh Kitab Suci umat Nasrani. Hasil kajian kami mengenai hal ini telah kami tuangkan dalam tulisan kami berjudul “Ummat Muslim Menuduh bahwa : Injil Sudah Dipalsukan”. Kalau Saudaraku Wiwit tidak keberatan, kami persilahkan Saudaraku baca kembali tulisan tersebut.

      KEEMPAT :
      Saudaraku Wiwit mencoba mengkaitkan ayat Yesaya 29 : 12 dengan ramalan kedatangan Muhammad SAW. Berikut ini merupakan kutipan dari komen Saudaraku :

      Nubuat bahwa nabi itu sama dengan Musa, Allah telah menyisipkannya dalam Al Kitab tentang cirinya :
      Yesaya 29:12, kita baca: “Dan apabila kitab itu” (Al-kitab, Al-Qur’an – ‘pembacaan’, ‘pembawaan’) “diberikan kepada seorang yang tidak dapat membaca” Nabi yang ummi, Al Qur’an surat Al-A’raf ayat 158, dengan mengatakan, “Baiklah baca ini, Saya berdo’a untuk kamu” “Dan ia akan menjawab, ‘Aku tidak dapat membaca’.” “Aku tidak dapat membaca!” adalah terjemahan yang tepat dari kata-kata yang diucapkan 2 kali oleh Muhammad kepada Roh Kudus, Malaikat Jibril, ketika dia memerintahkan (“Baca!”).

      Maaf Saudaraku, jangan tersinggung. Sekilas lalu kelihatannya itu benar. Rasullulah SAW tidak dapat baca tulis, lalu secara kebetulan di Yesaya 29 : 12 ada frase : ‘ dan apabila kitab itu diberikan kepada seorang yang tidak dapat membaca dengan mengatakan: “Baiklah baca ini,” maka ia akan menjawab: “Aku tidak dapat membaca.” ‘ ; lalu kalau mau dicoba dihubung-hubungkan dengan peristiwa saat Rasulullah di Gua Hira, seolah-olah seperti nyambung.
      Saudaraku, untuk memahami makna Yesaya 29 : 12 itu, kita harus baca kisahnya secara lengkap dari ayat 1 hingga ayat 16. Perikop itu berbicara mengenai murka Allah terhadap bani Israil di zaman itu. Allah marah terhadap mereka karena dosa yang mereka lakukan dan ketidaksetiaan mereka. Allah menyiapkan hukuman bagi mereka. Allah pakai bangsa-bangsa lain untuk membuat Israil menderita, sebagai wujud hukuman Allah. Bahkan para nabi Israil yang terbiasa mendapat penglihatan atau penampakan atau pewahyuan ilahi akan menjadi seolah buta atau terpejam sehingga tidak sanggup melihat penglihatan atau penampakan. Penglihatan-penglihatan akan berubah menjadi seperti kitab yang disegel, sehingga baik orang yang dapat membaca maupun orang yang tidak dapat membaca tidak akan sanggup melihat penglihatan atau penampakan ilahi.
      Yesaya 29 : 11,12 :
      11 Maka bagimu penglihatan dari semuanya itu seperti isi sebuah kitab yang termeterai, apabila itu diberikan kepada orang yang tahu membaca dengan mengatakan: “Baiklah baca ini,” maka ia akan menjawab: “Aku tidak dapat, sebab kitab itu termeterai”;
      12 dan apabila kitab itu diberikan kepada seorang yang tidak dapat membaca dengan mengatakan: “Baiklah baca ini,” maka ia akan menjawab: “Aku tidak dapat membaca.”

      Itu semua sebagai wujud murka dan hukuman Allah terhadap bani Israil. Jadi sedikitpun tidak ada kait-mengkaitnya dengan peristiwa di Gua Hira yang dialami Rasulullah SAW ribuan tahun setelah itu. Kebetulan saja ada frase di ayat tersebut yang kalau mau dicocok-cocokin dengan dialog di gua Hira agak nyambung-nyambung sedikit.

      Sebagai info Saudaraku, khusus mengenai peristiwa yang dialami Rasulullah di Gua Hira, kami juga sangat tertarik. Kami telah mencoba juga untuk melakukan pengkajian terhadap hal tersebut, dan hasil pengkajian kami telah kami tuangkan dalam tulisan berjudul “Nuzulul Qur’an dan Lailatul Qadr yang Diliputi Misteri”.

      Demikian Saudaraku Wiwit. Untuk kali ini kami mau minta maaf kalau kami terlalu banyak komen. Salam Saudaraku Wiwit.

  5. wiwit

    Sepertinya perlu banyak yang harus ditelaah lebih dalam lagi.
    Nabi Muhammad memang tidak hadir dalam peristiwa-peristiwa sebelumnya, namun Allah SWT menyampaikannya melalui wahyu yang diturunkan kepada beliau langsung tanpa perantara menjadi sebuah kitab yang diakui isinya oleh para Ilmuwan.

    Berbeda dengan Injil yang sekarang, jika memang itu benar-benar ilham, para penulis dituntun oleh Allah, mestinya didalamnya tidak ada pertentangan. Injil yang ada sekarang hanyalah tulisan-tulisan sejarah masa lalu. Itu pun masih banyak pertentangan. Contoh :

    “Tuhan menghasut Daud … ” (Injil – 2 Samuel 24: 1) atau “setan membujuk Daud …” (Injil – 1 Tawarikh 21: 1).

    700 atau 7000? “penunggang kuda” atau “pejalan kaki”…? (Injil – 2 Samuel 10: 18 vs 1 Tawarikh 19: 18)

    Sulaiman memiliki 2000 kamar mandi atau 3000 kamar mandi? (Injil – 1 Raja-raja 7: 26 vs 2 Tawarikh 4: 5).

    Sulaiman memiliki 4000 atau 40.000 kandang kuda? (Injil – 2 Tawarikh 9:25 vs 1 Raja-raja 4:26)

    Apakah Saul meminta petunjuk dari Tuhan atau tidak meminta petunjuk? (Injil – 1 Samuel 28: 6 vs 1 Tawarikh 10: 13-14).

    Tidak ada seorang pun yang telah naik ke sorga” (Injil – Yohanes 3: 13).
    Bertentangan dengan: “Elia naik kesorga” 2 Raja-raja 2: 11, “Henokh naik ke sorga”, Kejadian 5: 24.

    Yesus tidak kehilangan seorangpun dari murid-muridnya. (Injil – Yohanes 18: 9)
    Bertentangan dengan: “Dia hanya kehilangan seorang. (Injil – Yohanes 17: 12).

    “Semua berdosa.” (Injil – 2 Tawarikh 6: 36)
    Bertentangan dengan: “Setiap orang yang lahir dari Allah; tidak berbuat dosa lagi …” (Injil – 1 Yohanes 3: 9).

    • Salam buat Saudaraku Wiwit.

      A. Terlebih dulu kami mau menjernihkan pemahaman kita mengenai Rasulullah SAW tidak pernah menyaksikan satupun kisah peristiwa yang ditulis di Al-Qur’an. Komen tersebut merupakan tanggapan Saudaraku atas jawaban kami sebelumnya.

      Tujuan kami menanggapi seperti itu sebenarnya hanya untuk mengajak kita membuka pandangan kita lebih luas lagi. Sebelumnya Saudaraku berkata bahwa Saudaraku sangat meragukan kebenaran kisah penyaliban serta kematian Isa yang ditulis oleh Injil. Alasan Saudaraku adalah karena para penulis Injil tersebut sudah melarikan diri sehingga tidak ada saksi mata dari apa yang mereka tuliskan didalam Injil.

      Lalu kami menanggapinya dengan cara membandingkannya dengan Al-Qur’an. Rasulullah tidak pernah menyaksikan satupun dari peristiwa yang dituliskan di Al-Qur’an. Bahkan Rasulullah tidak punya orang lain yang merupakan saksi langsung atau menyaksikan peristiwa-peristiwa yang tertulis di Al-Qur’an. Namun tidak sulit bagi Saudaraku untuk percaya begitu saja kepada kebenaran isi Al-Qur’an tersebut. Walau tanpa saksi mata sama sekali. Sebenarnya itu sudah sangat luar biasa.

      Sementara peristiwa penyaliban dan kematian Isa disaksikan oleh sangat banyak pengikut Isa. Dikatakan bahwa para wanita yang selama ini selalu mengikuti Isa (Yesus) berada di tempat tersebut. Mereka berdiri jauh-jauh dari kayu salib menyaksikan peristiwa tersebut. Juga dikatakan bahwa semua orang yang kenal dekat dengan Yesus berdiri menyaksikan peristiwa tersebut dari jauh. Kita tahu bahwa peristiwa tersebut berlangsung berjam-jam. Yaitu mulai dari pengadilan yang dijalani Isa (Yesus) hingga penyaliban hingga kematian-Nya. Selama itu pulalah mereka menyaksikan semua peristiwa tersebut. Berjam-jam. Bukan hanya melihat sekilas atau sekejap ataupun sambil lalu. Mereka merupakan saksi mata langsung peristiwa penyaliban dan kematian Isa.

      Kalau isi Al-Qur’an yang sama sekali tidak ada saksi mata dapat begitu gampang dipercaya oleh umat Muslim, kami percaya tentulah peristiwa penyaliban dan kematian Isa (Yesus) di kayu salib tidak sulit untuk diterima umat Muslim. Terlebih Allah SWT sendiri mengklaim didalam Al-Qur’an bahwa penulisan Injil diwahyukan oleh Allah SWT.

      B. Kami kira kami harus lebih dulu menjelaskan mengenai yang mana itu Injil dan yang mana bukan Injil. Karena seringkali yang bukan Injil dikira Injil.
      Injil adalah berita atau informasi mengenai Isa (Yesus). Mengenai kelahiran-Nya, kehidupan-Nya, pelayanan-Nya, ajaran-Nya, kuasa ilahi yang dimiliki-Nya, kematian-Nya, kebangkitan-Nya hingga Dia naik ke surga. Itulah Injil, yaitu informasi tentang Isa. Jadi yang termasuk Injil adalah empat Kitab : Matius, Markus, Lukas dan Yahya.

      Kanon Kitab Suci terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perjanjian Lama terdiri dari Taurat Musa (yang terdiri dari 5 kitab Kejadian, Keluaran, Bilangan, Imamat, Ulangan), Zabur (Mazmur), kitab nabi-nabi besar (misal : Samuel, Yesaya, Yeremia, Raja-raja, Tawarikh, dll.), kitab nabi-nabi kecil (misal: Amos, Hagai, Maleakhi, Zakaria, dll.). Sementara Perjanjian Baru terdiri dari Injil (Matius, Markus, Lukas, Yahya), serta tulisan-tulisan para pengikut Isa (misal : Roma, Korintus, Timotius, 1-3 Yahya, dll.)

      Kitab Perjanjian Lama adalah kitab yang dipakai oleh umat Israil atau umat Yahudi. Itu merupakan Kitab suci agama Yahudi. Perjanjian Lama terdiri dari : Taurat, Zabur, kitab nabi-nabi besar, kitab nabi-nabi kecil. Kitab-kitab tersebut sudah diwahyukan bahkan sebagian besar sudah dituliskan sebelum kelahiran Isa atau sebelum kelahiran Injil. Itulah Kitab Suci agama Yahudi dari dahulu hingga sekarang. Kita tahu hingga sekarang umat Yahudi sangat kuat memelihara peraturan-peraturan Taurat Musa. Bahkan hingga hari ini penganut agama Yahudi hanya memakai Kitab Perjanjian Lama (Kitab mereka tersebut). Mereka tidak mau percaya kepada Injil.

      Kenapa Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yahya) digabungkan atau dijilid menjadi satu dengan Kitab Suci Perjanjian Lama? Mengapa tidak dipisahkan saja ? Bukankah dikatakan bahwa Kitab Suci Perjanjian Lama (yang banyak Saudara bicarakan) adalah kitab orang Yahudi? Dan (menurut kata orang) Injil adalah Kitab Suci umat Nasrani? Bukankah umat Nasrani tidak lagi melakukan hukum Taurat yang tertulis di Perjanjian Lama ? Jawabnya adalah, penggabungan dalam penjilidan dilakukan karena ramalan-ramalan mengenai kedatangan Isa ada didalam Kitab-kitab Perjanjian Lama. Kedatangan Isa merupakan penggenapan atau perwujudan dari ramalan-ramalan ilahi yang ada di Perjanjian Lama. Selain itu, penggabungan penjilidan dilakukan karena umat Nasrani percaya bahwa Perjanjian Lama, yang terdiri dari Taurat, Zabur, kitab-kitab nabi besar dan kitab-kitab nabi kecil, diwahyukan oleh Allah yang sama. Jadi umat Nasrani merasa cocok jika Injil dan surat para rasul (Perjanjian Baru) digandengkan dalam penjilidan dengan Perjanjian Lama. Walaupun Perjanjian Lama tersebut pada dasarnya (awalnya) merupakan Kitab Suci umat Yahudi. Digabungkan karena Allah yang mewahyukan sama.

      [Dalam bidang ini ada sesuatu yang cukup janggal mengenai Al-Qur’an. Al-Qur’an mengatakan bahwa Taurat, Zabur, kitab nabi-nabi, Injil serta surat para rasul diwahyukan oleh Allah SWT sebelum Al-Qur’an diwahyukan. Logika sehatnya, seharusnya pulalah dalam penjilidan Al-Qur’an digabungkan dengan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Itu kalau Allah yang mewahyukan benar-benar sama. Anehnya, Al-Qur’an tidak bersikap seperti itu. Al-Qur’an tidak menggandeng kedua kitab Allah yang telah ada duluan tersebut. Al-Qur’an justeru memisahkan diri. Seolah-olah seperti tidak siap untuk digandengkan atau digabungkan (dalam penjilidan) dengan kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dan anehnya, Al-Qur’an malah mengutip-ngutip dari sana-sini isi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Mengutipnyapun dengan pola (menurut kajian kami) comot sana comot sini tanpa memahami unsur urutan waktu (kronologis / urutan sejarah). Mengutipnya juga sangat sedikit, tidak lengkap; bahkan banyak isinya justru berbeda atau bertentangan dengan apa yang telah dituliskan Allah sebelumnya]

      Nah, kami melihat Saudaraku banyak sekali membicarakan Kitab Perjanjian Lama atau Kitab suci umat Yahudi tersebut dalam komen Saudaraku, dengan merancukannya sebagai Injil. Yang banyak Saudaraku bicarakan adalah mengenai penulisan Kitab Suci umat Yahudi tersebut. Yaitu mengenai isi Kitab Kejadian, Samuel, Raja-raja dan Tawarikh. Jadi bukan mengenai Injil. Semua itu adalah isi kitab umat Yahudi atau kitab Perjanjian Lama.
      Kalau ada keraguan Saudaraku terhadap beberapa penulisan ayat dalam Kitab Perjanjian Lama tersebut, kami menyarankan Saudaraku untuk menelusurinya ke literatur-literatur Yudaism (Yahudi). Barangkali di pustaka-pustaka Yudaism (Yahudi) Saudaraku bisa peroleh hal-hal yang Saudaraku tanyakan. Jauh sebelum kelahiran Isa atau kelahiran Injil, ayat-ayat tersebut dari “sono”nya sudah seperti itu.

      Disini kami mau mencoba menanggapi komen Saudaraku yang menyangkut Injil, yaitu :

      PERTAMA :

      Tidak ada seorang pun yang telah naik ke sorga” (Injil – Yohanes 3: 13).
      Bertentangan dengan: “Elia naik ke sorga” 2 Raja-raja 2: 11, “Henokh naik kesorga”, Kejadian 5: 24.

      Agar dapat menangkap maksudnya, ayat harus dibaca lengkap, jangan dipenggal-penggal. Kalau dipenggal, artinya bisa jadi berbeda dari maksud yang sebenarnya.
      Mari kita lihat Injil Yohanes 3 : 13.

      13 Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.

      Dalam ayat tersebut Isa (Yesus) sedang berbicara dengan seorang guru agama Yahudi bernama Nikodemus. Melalui ayat tersebut sebenarnya Isa sedang mengatakan bahwa dari semua orang (ataupun nabi), hanya Isa satu-satunya yang turun (nuzul) dari surga sehingga Dia dapat menceriterakan atau menjelaskan tentang surga secara persis. Dalam ayat 11-12 Isa mengatakan bahwa Isa dapat menceriterakan tentang surga (hal-hal surgawi) karena Dia datang atau turun (nuzul) dari surga. Mari kita lihat Injil Yohanes 3 : 11-12.

      11 Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami.
      12 Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi?

      Sementara nabi Elia dan Henokh berbeda. Mereka tidak dapat bercerita tentang surga saat mereka hidup sebagai nabi. Menjelang ajal mereka, mereka tidak mengalami kematian. Mereka diangkat Allah ke surga dan tidak turun-turun lagi sebagai nabi. Saat mereka bertugas sebagai nabi, mereka belum pernah ke surga. Jadi sangat berbeda dengan Isa. Hanya Isa satu-satunya nabi yang telah “naik” ke surga dan turun (nuzul) ke bumi sebagai nabi. Tidak ada seorang nabipun yang pernah naik ke surga lalu cerita tentang surga yang dia lihat dan dia tahu. Hanya Isa yang mengetahui tentang surga karena Dia nuzul dari surga. Itulah yang kami pahami dari Alkitab.

      KEDUA :

      Yesus tidak kehilangan seorangpun dari murid-muridnya. (Injil – Yohanes 18: 9)
      Bertentangan dengan: “Dia hanya kehilangan seorang. (Injil – Yohanes 17: 12)

      Injil Yohanes 18 : 9 tersebut juga tidak boleh dibaca sepenggal-sepenggal. Maknanya bisa menjadi tidak jelas. Mari kita lihat Injil Yohanes 18 : 7-9.

      7 Maka Ia bertanya pula: “Siapakah yang kamu cari?” Kata mereka: “Yesus dari Nazaret.”
      8 Jawab Yesus: “Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi.”
      9 Demikian hendaknya supaya genaplah firman yang telah dikatakan-Nya: “Dari mereka yang Engkau serahkan kepada-Ku, tidak seorangpun yang Kubiarkan binasa.”

      Dalam ayat itu Isa (Yesus) sedang menggenapi nubuat atau ramalan yang diucapkan-Nya. Para pengikut-Nya selamat dari pasukan yang datang tersebut (saat itu ada 11 murid bersama Dia. Yudas Iskariot berada di pihak lawan karena dia telah berkhianat).

      Lalu kita lihat Injil Yohanes 17 : 12

      12 Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.

      Dalam ayat ini Isa (Yesus) sedang menggenapi pula nubuatan atau ramalan yang ditulis ribuan tahun sebelumnya mengenai Dia. Para pengikut-Nya tidak binasa. Hanya Yudas Iskariot yang binasa. Hal itu sudah dinubuatkan atau diramalkan ribuan tahun sebelumnya.

      Kami merasa perlu juga mengomentari cara Saudaraku memberikan komen. Kami lihat Saudaraku cukup sering mengutip ayat dengan cara dipenggal-penggal. Cara seperti itu biasanya akan membuat makna ayat tersebut menjadi hilang atau salah arti.
      Kami menyarankan agar Saudaraku kalau membaca Injil, bacalah dengan lengkap dan mengikuti alur cerita. Kami percaya pengertian Saudaraku akan menjadi sangat bertambah dan meningkat. Alkitab itu mudah dibaca. Alur ceritanya juga sangat jelas. Ditulis sesuai kronologi (urutan sejarahnya). Tidak seperti Al-Qur’an yang sangat ringkas, tidak lengkap, alurnya melompat-lompat dan tidak mengikuti alur kronologi atau urutan peristiwa sejarah (hal ini sudah pernah kami bicarakan sebelumnya).

      KETIGA :

      “Semua berdosa.” (Injil – 2 Tawarikh 6: 36)
      Bertentangan dengan: “Setiap orang yang lahir dari Allah; tidak berbuat dosa lagi …” (Injil – 1 Yohanes 3: 9).

      Yang pertama, kami mau luruskan bahwa kitab Tawarikh bukan Injil, tetapi merupakan salah satu kitab nabi-nabi besar dalam Perjanjian Lama (kitab suci umat Yahudi).
      Bahwa semua orang berdosa, itu sangat benar. Roma 3 : 23 menegaskan kembali hal itu.

      23 Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,
      24 dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.
      (Roma 3 : 23,24)

      Semua orang tanpa terkecuali telah berdosa. Sebagai konsekwensinya semua orang harus menjalani hukuman dimasukkan kedalam neraka. Isa (Yesus) datang untuk menebus manusia berdosa dari hukuman. Isa (Yesus) dijadikan kurban tebusan. Dia dikurbankan di kayu salib. Seharusnya kita yang dihukum, namun Dia rela menggantikan kita menerima hukuman. Itu semua Dia lakukan karena Dia mengasihi kita, orang-orang berdosa ini.

      Dengan kematian serta penumpahan darah-Nya di kayu salib, manusia berdosa menerima banyak sekali anugerah (rahmat). Dosa-dosanya diampuni, dibasuh oleh darah Isa. Bukan hanya itu. Tabiat dosa nya (kecenderungan untuk terus berbuat dosa) juga disingkirkan. Itu dikarenakan darah tersebut bersifat ilahi dan sangat kuat. Dikatakan bahwa orang yang mau bertobat dan menerima Isa, mengalami dilahirkan kembali (lahir dari Ruh Allah) sehingga dia menjadi manusia baru. Dia lahir dari Allah. Kecanduan atau ketagihannya untuk berbuat dosa dirubah oleh Ruh Allah.

      Demikian Saudaraku Wiwit.

  6. sebagai umat beragama dan beriman kepada Allah. seharusnya kita sudah tau bahwa Allah itu Maha Sempurna. cobalah koreksi kembali. mengapa anda mengatakan diatas bahwa Allah terkesan ragu-ragu?

    • Salam buat Saudaraku Rezkyjoe. Salam perkenalan.
      Terima kasih buat kesediaan Saudaraku memberikan komen terhadap tulisan kami.

      Kami mohon maaf sebelumnya kalau cara kami memilih kata-kata ataupun menyajikan tulisan kurang berkenan bagi Saudaraku. Semua kekurangan tersebut terjadi karena keterbatasan kami dalam melakukan pengkajian maupun dalam menuangkannya sebagai tulisan.
      Kami akan mencoba menganggapi komen Saudaraku. Semoga jawaban kami dapat berterima.

      Kami coba kutip kembali Surat An Nisaa ayat 157 tersebut :
      157. dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.
      158. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
      (Qs. 4 An Nisaa 157,158)

      Kalau kita membaca dengan seksama ayat 157 tersebut, sangat wajar jika kita tergiring untuk bertanya atau berpikir sebagai berikut :

      Mengapa Allah SWT tidak menyebutkan saja secara tegas siapa orang yang disalibkan itu ? Misalkan : yang disalibkan itu adalah Yudas Iskariot, atau Petrus, atau yang lain. Maksud kami, nama orang yang disalibkan itu disebutkan secara tertulis.

      Karena tidak disebutkan, akhirnya banyak orang mulai menebak-nebak, atau mulai memberikan pendapat pribadi atau bahkan mulai mengarang-ngarang cerita mengenai siapa yang disalibkan itu.

      Ada yang mengatakan Yudas Iskariot. Mereka mengatakan bukan karena untuk penebusan, tetapi karena hukuman buat Yudas yang telah mengkhianati gurunya (Isa).
      Ada pula yang mengatakan seseorang yang “lebih dulu disulap Allah agar wajahnya mirip Isa” lalu orang tersebut disalibkan. Sementara Isa sendiri langsung diselamatkan Allah dengan cara mengangkat-Nya ke surga. Masih ada lagi berbagai pendapat atau cerita yang dikarang. Mengapa ? Karena Allah tidak menyebutkan namanya. Bahkan terkesan Allah membiarkan para pembaca Al-Qur’an ikut kebingungan seperti itu. Bahkan ada pula yang berpendapat bahwa Isa memang disalibkan tetapi tidak wafat, hanya pingsan. Ada lagi yang memberikan pendapat bahwa Isa memang disalibkan dan dimasukkan kedalam liang kubur, namun Dia tidak wafat melainkan hidup didalam liang kubur seperti Yunus hidup tiga hari didalam perut ikan. Masih banyak lagi pendapat atau cerita. Nah, sebagai Allah yang Maha Sempurna, bukankah seharusnya Allah sudah tahu pada saat mewahyukan ayat tersebut bahwa kalau dibiarkan menggantung (mengambang) seperti itu justeru hanya akan membuat pembaca menjadi bingung? Bahkan sampai mulai menebak-nebak dan mengarang cerita? Mengapa Allah hanya menyebutkan bahwa orang yang disalibkan itu “menyerupai Isa” atau “diserupakan dengan Isa bagi mereka” ? Mengapa Allah terkesan seolah tidak tahu persis siapa nama orang yang disalibkan itu? Mengapa Allah seolah terbawa oleh keragu-raguan orang-orang yang membunuh tersebut? Mengapa Allah tidak tegas menyebutkan? Harus kita ingat bahwa yang berbicara di ayat tersebut adalah Allah SWT.

      Itulah yang kami maksud Saudaraku. Sekali lagi, kami mohon maaf. Sedikitpun tidak ada maksud kami untuk kurang hormat atau menghina Allah SWT. Kami sangat menghormati dan menyembah Allah pencipta langit dan bumi. Sang Khalik. Allahnya Adam. Allahnya Ibrahim. Kami hanya mencoba mengkaji ayat tersebut karena ayat tersebut membingungkan kami.

      Kami juga ingin menambahkan mengenai apa yang membingungkan kami dari ayat 157 dan 158 Surat An Nisaa tersebut. Dari ayat-ayat tersebut diperoleh pemahaman bahwa Isa tidak dibunuh dan tidak pula disalibkan. Isa langsung diangkat Allah ke surga tanpa mengalami kematian. Kami bingung mengapa Surat An Nisaa ayat 157, 158 tersebut sangat bertentangan dengan Surat-surat Al-Qur’an lainnya yang mengatakan bahwa Isa wafat, dihidupkan (dibangkitkan) kembali dan diangkat naik ke surga. Yaitu Surat Ali ‘Imran ayat 55 , Surat Al-Maidah ayat 117 dan Surat Maryam ayat 33. Hal ini juga sudah kami ulas dalam tulisan kami tersebut.

      Demikian Saudaraku Rezkyjoe. Salam

  7. Roni

    jika saya baca dan ulas semua cerita anda, menurut saya yang ingin anda cari itu bukanlah kebenaran sejati, tapi merupakan pembenaran sejati.
    jika tujuan anda disini untuk berdakwa anda salah, karena ilmu anda masih terlalu dangkal dan menurut saya tidak akan mampu untuk mengajak orang lain, malah anda jadi bahan tertawaan orang lain atas tulisan-tulisan maksa anda.
    mudah-mudahan anda diberkati, amin…

    • Salam buat Saudaraku Roni,
      Terima kasih buat komentar Saudaraku.
      Namun sayang sekali Saudaraku tidak menanggapi atau membahas isi dari tulisan kami tersebut. Saudaraku hanya menyentuh kulit atau sebelah luarnya saja. Justru kami mengharapkan masukan yang menanggapi atau membahas isinya sehingga kami dapat belajar lebih banyak.
      Terima kasih Saudaraku. Salam.

  8. Abu Qonitah

    Memang nantinya NabiIsa akan meninggal sebagaimana saya nukil potongan artikel berikut, namun itu nanti menjelang hari kiamat..

    Kapan Nabi Isa Meninggal?

    Bukankah semua yang bernyawa akan mati? Lalu kapan Nabi Isa akan diwafatkan?

    Benar, semua makhluk yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Sebagaimana yang Allah tegaskan,

    كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

    “Semua jiwa pasti akan merasakan kematian. Kalian akan dipenuhi ganjarannya hanya pada hari kiamat.” (QS. Ali Imran: 185).

    Nabi Isa ‘alaihis salam tidak dikecualikan dari ayat ini. Beliau juga akan meninggal sebagaimana umumnya manusia. Hanya saja tidak sekarang, tapi di akhir zaman, setelah Allah turunkan kembali beliau, dengan membawa misi membunuh Dajjal, orang kafir, dan memenuhi bumi dengan keadilan bersama kaum muslimin. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda menceritakan tugas Isa di akhir zaman. Beliau menyatakan,

    فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ أَرْبَعِينَ سَنَةً، ثُمَّ يُتَوَفَّى فَيُصَلِّي عَلَيْهِ الْمُسْلِمُونَ

    “Beliau tinggal di bumi selama 40 tahun, kemudian Allah wafatkan, dan dishalati kaum muslimin.” (HR. Abu Daud 4324, Ibnu Hiban 6821).

    Read more https://konsultasisyariah.com/16014-apakah-nabi-isa-masih-hidup.html

  9. Jhori

    Admin,tolong perbaiki kata kata di paragraf awal bahwa umat islam tidak percaya bahwa isa tidak wafat dan langsung diangkat ke sorga melainkan umat islam percaya bahwa isa diangkat ke langit oleh Allah untuk melindunginya dari yahudi dan umat islam 100% percaya bahwa nabi isa akan mati karena Allah menjelaskan bahwa segala sesuatu makhluk yg bernyawa pasti akan mati dengan izin Nya

    • Maaf untuk pak Jhori, saya sendiri adalah admin dari blog saya. Bila anda mengomentari salah satu ayat yang kami sebutkan di dalam tulisan mohon dijelaskan lebih lanjut ayat yang mana. Kami sungguh berharap anda dapat mengomentari lebih spesifik bagian dari tulisan kami. Terima kasih

Leave a comment