Tag Archives: kitab nabi-nabi kecil

MUSHAF AL-QUR’AN TIDAK DIJILID BERSAMA INJIL?

Penyusunan surat-surat Al-Qur’an menjadi sebuah kitab (mushaf) sudah dilakukan pada masa khalifah Abu Bakar (632-634 Masehi) dan disempurnakan pada masa khalifah yang ke-3 yaitu khalifah Utsman bin Affan (644-656 Masehi). Susunannya dimulai dengan Surat Al-Fatehah (Pembukaan) dan diakhiri dengan Surat An-Naas (Manusia). Semuanya ada 114 surat.

permintaan-meningkat-200712-nov

Cukup menarik bahwa Al-Qur’an disusun atau dijilid menjadi sebuah kitab tunggal. Sementara kalau kita perhatikan Alkitab (yang sering dikenal sebagai Kitab Suci umat Nasrani), akan terlihat bahwa Alkitab bukan merupakan satu kitab tunggal. Alkitab merupakan gabungan dari 2 kitab yaitu Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru. Keduanya dijilid menjadi satu kitab yang biasa disebut sebagai Alkitab.

Terbersit pertanyaan dalam pikiran : Mengapa Al-Qur’an dijilid terpisah dari Alkitab? Mengapa Al-Qur’an tidak dijilid menjadi satu dengan Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru? Mengapa ketiganya tidak disatukan atau dijilid menjadi satu kitab?

Pertanyaan ini mungkin kedengaran aneh. Namun kalau kita mencoba membaca dan memeriksa dengan lebih teliti isi Al-Qur’an, Kitab Perjanjian Baru dan Kitab Perjanjian Lama, sangat mungkin kita juga akan terpikir, mengapa ketiganya tidak dijilid menjadi satu. Mengapa Al-Qur’an dijilid secara terpisah dari kedua kitab tersebut.

Untuk mendapatkan pandangan yang lebih jelas, kami akan mulai dengan mencoba mengupas dan menguraikan isi ketiga kitab serta memperbandingkannya. Setelah itu kita akan mencoba merenungkan apakah pertanyaan di atas masuk akal atau tidak masuk akal. Tujuannya adalah agar kita memiliki pandangan dan wawasan yang lebih meluas mengenai hal tersebut.

Kita mulai dengan memperhatikan Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru yang digabung atau dijilid menjadi satu.

Kitab Perjanjian Lama terdiri atas 39 bagian (kitab). Berdasarkan isi dan gaya penulisannya, Kitab Perjanjian Lama dapat dibagi kedalam 5 (lima) bagian utama, yaitu :

  1. Kitab Taurat (5 kitab)
  2. Kitab Sejarah (12 kitab)
  3. Kitab Puisi ( 5 kitab)
  4. Kitab Nabi-nabi besar (5 kitab)
  5. Kitab Nabi-nabi kecil (12 kitab)

Kitab Perjanjian Lama menceritakan kisah para tokoh dan nabi yang hidup pada masa jauh sebelum Isa lahir. Diawali dengan kisah nabi Adam, nabi Nuh, Ibrahim, Ishak, Ismail, Yakub, Yusuf, Musa, imam Harun, Saul, Daud, Sulaiman, Elia, Elisa, Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, Daniel, Yunus, Mikha, Zakaria, Maleakhi, serta beberapa nabi lainnya. Mereka hidup pada zaman sebelum Isa lahir.

Kitab Perjanjian Lama sebenarnya adalah kitab suci agama Yahudi. Kitab ini disampaikan, ditulis, dan disimpan dalam waktu kurang lebih 1000 tahun (sekitar tahun 1400 Sebelum Masehi sampai tahun 400 Sebelum Masehi). Semuanya ditulis dalam bahasa Ibrani kecuali sebagian kitab Daniel dan sebagian kitab Ezra ditulis dalam bahasa Aram.

Pada permulaan tahun Masehi (saat Isa lahir), belum ada satupun kitab suci yang tersusun sebagaimana Alkitab yang ada sekarang. Pada masa itu, kitab suci yang digunakan adalah Perjanjian Lama berbahasa Yunani yang disebut Septuaginta, yang merupakan terjemahan dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani. Kitab ini dipakai oleh orang-orang Yahudi berbahasa Yunani, terutama yang hidup di luar Palestina. Sementara orang Yahudi yang tinggal di wilayah Palestina menggunakan Perjanjian Lama berbahasa Ibrani yang disebut Tanakh, yang dijilid atau dibukukan (dikanonkan) sekitar tahun 90 Masehi sampai 100 Masehi.

Kitab Perjanjian Baru terdiri atas 27 bagian (kitab maupun surat), dan dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) bagian utama, yaitu :

  1. Kitab Injil (4 kitab)
  2. Kitab Sejarah (1 kitab)
  3. Surat-surat Rasuli (21 kitab)
  4. Kitab Wahyu (1 kitab)

Kitab Perjanjian Baru muncul setelah Isa. Kitab ini ditulis oleh para pengikut Isa atau orang-orang Nasrani mula-mula. Kitab ini memuat Kitab-kitab Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) yang menceritakan tentang riwayat Isa Al-Masih mulai dari sebelum kelahiranNya sampai kepada kematianNya, kebangkitanNya dan kenaikanNya ke surga. Selain Injil, Kitab Perjanjian Baru juga berisi surat-surat yang ditulis oleh para pengikut Isa, yang hampir semuanya membahas atau menjelaskan tentang Isa. Penyusunan Perjanjian Baru menjadi sebuah kitab dilakukan pada tahun 200 Masehi tetapi baru disahkan dalam Konsili Kartago pada tahun 397.

Yang sangat menarik adalah bahwa Kitab Perjanjian Baru (yang identik dengan kitab suci umat Nasrani) dijilid menjadi satu dengan Kitab Perjanjian Lama (kitab suci agama Yahudi). Penggabungan tersebut disahkan dalam Konsili Kartago pada tahun 419. Dari hasil penggabungan atau penjilidan tersebut muncullah Alkitab yang terdiri dari 66 bagian (39 bagian Perjanjian Lama + 27 bagian Perjanjian Baru). Alkitab hasil penggabungan tersebut kemudian dijadikan umat Nasrani menjadi kitab suci mereka.

Timbul pertanyaan : Bagaimana mungkin umat Nasrani menggabungkan Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru serta menjadikannya sebagai kitab suci mereka? Bukankah Kitab Perjanjian Lama merupakan kitab suci umat Yahudi yang agamanya berbeda dengan umat Nasrani? Bukankah terdapat perbedaan yang sangat mendasar (mencolok) diantara ajaran kedua agama tersebut? Kita tahu bahwa penganut agama Yahudi tidak percaya sama sekali bahwa Isa Al-Masih adalah Juruselamat maupun Tuhan. Sementara ajaran pokok dari umat Nasrani adalah percaya bahwa Isa adalah Juruselamat dan Tuhan. Bagaimana bisa kitab suci dua agama yang berbeda digabungkan dan dijilid menjadi satu? Dimana letak logikanya?

Jikalau kita menyelami isi Kitab Perjanjian Lama dan isi Kitab Perjanjian Baru, maka kita akan menemukan bahwa isi Kitab Perjanjian Lama memiliki hubungan yang sangat erat dengan isi Kitab Perjanjian Baru. Kita akan lihat beberapa diantaranya :

  1. Didalam Perjanjian Baru ada banyak sekali muncul nama atau cuplikan kisah dari tokoh yang sebelumnya sudah ada tertulis didalam Perjanjian Lama. Misalnya : Adam, Sulaiman, Daud, Ibrahim, Nuh, Musa, Yunus, Yakub, Yusuf, Simson, dan masih banyak tokoh lainnya.

Ini memperlihatkan bahwa tokoh atau cuplikan kisah yang ada didalam Perjanjian Baru berkaitan sangat erat dengan tokoh atau kisah yang sama yang tertulis dalam Perjanjian Lama.

  1. Cuplikan kisah yang ada didalam Perjanjian Baru tersebut hampir tidak mungkin dapat dipahami maksud ataupun kisahnya jika kita tidak membaca kisah tersebut didalam Perjanjian Lama. Didalam Kitab Perjanjian Lama lah dapat kita temukan kisah lengkapnya.

Misalnya :

Isa didalam Perjanjian Baru menyebutkan tentang Yunus didalam perut ikan tiga hari tiga malam (Matius 12 : 39,40).

Tetapi jawab-Nya kepada mereka: “Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.
Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.

(Matius 12:39,40)

Kalau kita hanya membaca ayat-ayat Perjanjian Baru tersebut (Matius 12 : 39,40) tanpa pernah membaca Perjanjian Lama tentang kisah Yunus (Yunus 1-2), maka kita tidak akan dapat mengerti maksud dan kisah dari ayat Perjanjian Baru tersebut.

Isa didalam Perjanjian Baru menyebutkan tentang Nuh, dimana Nuh masuk kedalam perahu bahtera sementara orang-orang lain binasa oleh air bah (Luk 17 ; 26,27)

Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia :
mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua

(Lukas 17 : 26,27)

Kalau kita hanya membaca ayat-ayat Perjanjian Baru tersebut (Luk 17 : 26,27) tanpa pernah membaca Perjanjian Lama mengenai peristiwa Nuh (Kejadian 6-7), kita tidak akan dapat mengerti maksud dan kisah dari ayat Perjanjian Baru tersebut.

Contoh-contoh diatas memperlihatkan bahwa jika kita mempelajari kisah tokoh didalam Perjanjian Baru, kita harus membaca kisah tokoh tersebut didalam Perjanjian Lama untuk mendapatkan kisah lengkapnya.

  1. Sangat banyak tokoh atau peristiwa yang tertulis dalam Perjanjian Baru merupakan penggenapan dari ramalan atau nubuat yang telah ada atau diucapkan sebelumnya dalam Perjanjian Lama.

Misalnya : Kisah kehidupan Isa Al-Masih (yang diceritakan dalam Perjanjian Baru) ternyata telah lebih dulu diramalkan atau dinubuatkan ribuan tahun sebelumnya didalam ayat-ayat Perjanjian Lama (ramalan dalam Mikha 5:1 digenapi dalam Mat 2 : 1-6 ; ramalan dalam Yesaya 7:14 digenapi dalam Luk 1 : 30-35 ; ramalan dalam Yesaya 53 : 2-7 digenapi dalam 1 Pet 2 : 23-24 ; ramalan dalam Yesaya 53 : 9 digenapi dalam Luk 23 : 33,46).

Ayat emas Alkitab Kristen

Dengan demikian Perjanjian Baru merupakan penggenapan dari ramalan atau nubuatan Perjanjian Lama, yaitu mengenai akan datangnya Isa ke dunia.

  1. Isa berkata dalam Perjanjian Baru bahwa kedatanganNya ke dunia bukan untuk meniadakan Hukum Taurat (Perjanjian Lama) melainkan justeru untuk menggenapinya (Matius 5 : 17)
  2. Allah yang berfirman didalam Perjanjian Baru adalah Allah yang sama dengan Allah yang berfirman dalam Perjanjian lama. Dengan perkataan lain Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru sama-sama diilhami atau diturunkan oleh Allah yang sama.
  3. Perjanjian Baru dengan jelas menyebutkan bahwa Perjanjian Baru adalah pengilhaman Allah yang berikutnya setelah Perjanjian Lama. Disebutkan juga bahwa Perjanjian Baru menyempurnakan Perjanjian Lama (Ibrani 8-9).

Dengan berdasarkan alasan-alasan diatas (butir 1 s/d 5) maka umat Nasrani menggabungkan atau menjilid Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru menjadi satu ; walaupun Kitab Perjanjian Lama sebenarnya merupakan Kitab Suci agama Yahudi.

anak-baca-quran

Sungguh menarik bahwa ternyata Al-Qur’an juga memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru. Dapat kita lihat antara lain :

  1. Didalam Al-Qur’an ada banyak sekali muncul nama atau cuplikan kisah dari tokoh yang sebelumnya sudah ada tertulis didalam Alkitab (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru). Misalnya : Adam, Habil, Nuh, Ibrahim, Ishak, Ismail, Yakub, Yusuf, Musa, Harun, Thalut (Saul), Dawud, Sulaiman, Ilyas (Elia), Yunus, Zakaria, Maryam, Isa Al-Masih, serta masih banyak tokoh lainnya.

Ini memperlihatkan bahwa tokoh atau cuplikan kisah yang ada didalam Al-Qur’an berkaitan sangat erat dengan tokoh atau kisah yang sama yang tertulis dalam Alkitab (Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru).

  1. Cuplikan kisah yang diceritakan Al-Qur’an sangat sulit untuk dipahami maksud atau kisahnya jika kita tidak membaca kisah tersebut didalam Alkitab. Al-Qur’an menuliskannya terlalu singkat, kurang jelas, tidak lengkap dan tidak jelas urutan waktunya secara kronologis. Didalam Alkitablah kita dapat menemukan kisah lengkapnya.

Kita ambil salah satu contoh : Misalkan kita sedang mempelajari riwayat nabi Yunus dengan membacanya dari ayat-ayat Al-Qur’an. Maka kita akan memperoleh informasi sebagai berikut :

Nabi Yunus adalah benar-benar salah seorang rasul (Ash Shaffaat 139). Allah telah memberikan wahyu kepada Yunus sebagaimana Allah telah memberikan wahyu kepada nabi-nabi lainnya (An Nisaa 163). Yunus dilebihkan derajatnya diatas umat pada zamannya (Al Anam 86). Selanjutnya dikisahkan bahwa Yunus lari ke kapal. Lalu ada pengundian dan Yunus kalah dalam undian. Lalu dikatakan bahwa dia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. Seandainya dia bukan orang yang beriman, niscaya dia akan tetap tinggal di perut ikan hingga hari kiamat. Kemudian Allah melemparkan dia ke daerah yang tandus dalam keadaan sakit. Lalu Allah menumbuhkan sebatang pohon labu untuk dia. Lalu dia diutus kepada seratus ribu orang lebih. Lalu orang-orang tersebut beriman (Ash Shaaffaat 140-148). Selain itu ada tambahan ayat lagi. Dipertanyakan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman selain kaum Yunus? Juga ada tambahan bahwa ketika Yunus pergi Yunus dalam keadaan marah. Disangka Yunus, Allah tidak akan mempersempitnya. Lalu Yunus berseru dari tempat yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” (Al Anbiya 87)

Kalau kita mempelajari kisah nabi Yunus dari Al-Qur’an, akan terlihat bahwa ceritanya kurang jelas dan tidak lengkap. Sangat sulit untuk mendapatkan gambaran yang lengkap mengenai kisah nabi Yunus dari Al-Qur’an. Banyak informasi yang hilang, seperti misalnya : Nabi Yunus berasal dari bangsa atau suku apa? Anak siapa dia? Mengapa dia lari ke kapal? Lalu dia lari dari mana dan mau kemana? Kemudian dikatakan dia ikut undian. Undian apa? Mengapa ada undian dan dia kalah? Lalu dia ditelan ikan besar. Bagaimana kejadiannya hingga dia sampai ditelan ikan? Berapa lama dia berada didalam perut ikan? Kemudian Allah melemparkan dia ke daerah yang tandus. Lalu Allah menumbuhkan pohon labu. Bagaimana penjelasan tentang pohon labu tersebut? Apakah untuk dimakan nabi Yunus buahnya? Atau apa? Lalu dia diutus Allah kepada seratus ribu orang lebih. Siapa orang-orang tersebut? Lalu dikatakan orang-orang tersebut beriman sehingga Allah menganugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka. Apa yang dilakukan Yunus terhadap orang-orang tersebut yang mengakibatkan orang-orang tersebut beriman? Demikianlah timbul beberapa pertanyaan. Lalu, satu pertanyaan lagi : Bagaimana mengkaitkan kalimat : “mengapa tidak ada penduduk suatu kota yang beriman selain kaum Yunus” dengan kisah nabi Yunus tersebut? Ada cukup banyak pertanyaan yang timbul akibat tidak lengkapnya informasi yang diperoleh dari Al-Qur’an. Penjelasan Al-Qur’an kurang jelas, tidak lengkap dan tidak dapat menjelaskan unsur waktu atau sejarah.

Seandainya setelah membaca Al-Qur’an kita membaca Kitab Perjanjian Lama dan atau Kitab Perjanjian Baru yang menuliskan tentang nabi Yunus, maka kisah atau informasi mengenai nabi Yunus akan menjadi lengkap kita dapatkan. Didalam Kitab Perjanjian Lama, kisah tentang nabi Yunus ditulis dalam Yunus pasal 1 hingga pasal 4. Kisah nabi Yunus yang ditulis dalam Perjanjian Lama begitu lengkap sehingga semua pertanyaan yang timbul tersebut terjawab.

   yunus      kisah-nabi-yunus

Kitab Perjanjian Lama menyebutkan bahwa Yunus adalah orang Ibrani atau Israil (Yunus 1: 9). Ayahnya bernama Amitai (Yunus 1 : 1). Allah mengutus Yunus untuk pergi ke kota besar Niniweh untuk memberi peringatan kepada penduduknya karena perbuatan-perbuatan jahat yang mereka lakukan (Yunus 1 : 1,2). Kalau orang Niniweh tidak mau bertobat, Allah akan menghukum mereka dengan cara menjungkir-balikkan kota mereka (Yunus 3 : 4). [Dari peta purbakala kita ketahui bahwa kota Niniweh terletak di Asyur (nama sekarang : Irak). Posisinya di sebelah Timur Israil. Letak Niniweh sangat dekat dengan Baghdad sekarang]. Dikisahkan bahwa Yunus tidak mau melaksanakan perintah Allah tersebut. Dia kuatir, kalau dia menyampaikan peringatan Allah kepada penduduk Niniweh, penduduk Niniweh akan berubah dan menjadi bertobat sehingga Allah batal menghukum mereka. Yunus tidak mau itu. Maunya Yunus, penduduk Niniweh langsung saja dihukum tanpa perlu diberi peringatan dulu (dari pemahaman Yunus 3 : 10 hingga Yunus 4 : 1,2). Yunus lari dari hadapan Allah. Dia melarikan diri dengan kapal laut dari Yafo ke Tarsis. [Dari peta purbakala kita ketahui bahwa kapal yang ditumpanginya itu berlayar mengarungi Laut Tengah. Tarsis berada di sebelah Barat Laut Israil]. Namun Allah tidak membiarkan Yunus lari. Allah menurunkan angin ribut ke laut, menerpa kapal itu hingga hampir hancur. Semua awak kapal dan penumpang ketakutan. Mereka semua, kecuali Yunus, telah memohon kepada allah masing-masing, namun sia-sia. Lalu mereka membuang undi untuk mengetahui siapa diantara mereka yang menjadi penyebab datangnya malapetaka angin ribut tersebut. Yunus kena undi. Akhirnya Yunus menceritakan apa yang sedang dia lakukan. Bahwa dia sedang melarikan diri dari Allah. Yunus meminta agar mereka mencampakkan dia ke laut. Karena mereka tidak punya pilihan lain lagi, akhirnya mereka membuang Yunus ke laut. Setelah mereka mencampakkan Yunus ke laut, angin ribut dan badaipun mereda. Selanjutnya Allah memerintahkan seekor ikan besar menelan Yunus. Tiga hari tiga malam lamanya Yunus berada didalam perut ikan tersebut (Yunus pasal 1). Didalam perut ikan Yunus berseru dan berdoa. Lalu ikan itu memuntahkan Yunus ke darat (Yunus pasal 2). Setelah itu Allah mengulangi memberi perintah kepada Yunus agar dia pergi ke Niniweh untuk memberi peringatan kepada penduduknya. Penduduk kota Niniweh berjumlah seratus dua puluh ribu orang. Setelah diperingati oleh Yunus, penduduk Niniweh beserta rajanya bertobat dan berbalik kepada Allah sehingga Allah batal menghukum mereka (Yunus pasal 3). Yunus marah. Dia duduk dibawah pondok yang didirikannya di luar kota Niniweh di sebelah Timur. Lalu Allah menumbuhkan sebatang pohon jarak (“bukan pohon labu seperti yang dikatakan Al-Qur’an”) menaungi Yunus. Hati Yunus bergembira melihat pohon jarak tersebut. Namun besoknya pohon jarak tersebut menjadi layu karena dimakan ulat. Melalui peristiwa pohon jarak tersebut Allah mengajar Yunus agar mengerti isi hati Tuhan terhadap penduduk Niniweh (Yunus pasal 4).

Dapat kita lihat bahwa apa yang dituliskan Al-Qur’an tentang nabi Yunus kurang jelas, tidak lengkap dan tidak memperlihatkan unsur urutan waktu atau kronologis. Hampir tak mungkin kita dapat mengetahui dan memahami kisah nabi Yunus secara lengkap jika kita hanya membacanya dari Al-Qur’an. Justeru setelah kita membaca kisah nya dari Alkitab Perjanjian Lama, barulah kita dapat mengetahui dan memahami kisah nabi Yunus secara lengkap .

Sama seperti contoh tersebut, masih banyak lagi riwayat tokoh atau cuplikan kisah didalam Al-Qur’an yang seperti itu. Al-Qur’an menceritakannya dengan sangat sedikit, kurang jelas, tidak lengkap dan tidak dapat menjelaskan unsur urutan waktu atau sejarah. Untuk mendapatkan kisah atau cerita yang lengkap, kita perlu membaca Alkitab (Perjanjian Lama dan atau Perjanjian Baru).

  1. Al-Qur’an mengklaim bahwa kedatangan Muhammad SAW adalah merupakan penggenapan dari nubuatan atau ramalan yang telah ada didalam Alkitab (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) :

(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.

(Qs. 7 Al A’raaf 157, sumber: Lidwa Pusaka)

Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata.”

(Qs. 61 Ash Shaff 6, sumber: Lidwa Pusaka)

Qs. 7 Al A’raaf 157 mengatakan bahwa kedatangan Muhammad SAW telah diramalkan atau dinubuatkan oleh nabi Musa didalam Perjanjian Lama (Ulangan 18 : 15,18). Sementara Qs. 61 Ash Shaff 6 menuliskan bahwa kedatangan Muhammad SAW telah dinubuatkan oleh Isa Al-masih didalam Perjanjian Baru (Yohanes 14 : 16,17).

  1. Al-Qur’an mengatakan bahwa Al-Qur’an merupakan pengilhaman Allah yang berikutnya setelah Alkitab (setelah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru).

“Katakanlah, “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang iberikan kepada nabi‐nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda‐bedakan seorangpun di antara mereka, dan kami berserah diri kepada‐Nya.”

(Qs. 2 Al‐Baqarah 136, sumber : Lidwa Pusaka)

“Dan sungguh, Kami telah memberikan kepada Musa dan Harun, Furqan (Kitab Taurat) dan penerangan serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.

(Qs. 21 Al‐Anbiya 48, sumber : Lidwa Pusaka)

“Dan sebelum (Al‐Qur’an) itu telah ada Kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat. Dan (Al‐Qur’an) ini adalah Kitab yang membenarkannya dalam bahasa Arab untuk memberi peringatan kepada orang‐orang yang zalim dan memberi kabar gembira kepada orang‐orang yang berbuat baik”

(Qs. 46 Al‐Ahqaf 12, sumber : Lidwa Pusaka)

Al-Qur’an dengan jelas menyebutkan bahwa Al-Qur’an adalah pengilhaman Allah yang berikutnya setelah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Disebutkan juga bahwa Al-Qur’an membenarkan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Al-Qur’an juga menegaskan bahwa Allah yang bersabda didalam Al-Qur’an adalah Allah yang sama dengan Allah yang bersabda dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dengan perkataan lain, menurut Al-Qur’an, Perjanjian Lama, Perjanjian Baru maupun Al-Qur’an sama-sama diilhami atau diturunkan oleh Allah yang sama. Yang pertama diturunkan adalah Perjanjian Lama, kemudian Perjanjian Baru, dan yang terakhir Al-Qur’an.

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, umat Nasrani telah menggabungkan atau menjilid Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru menjadi satu. Alasan utama mengapa umat Nasrani menggabungkan kedua kitab tersebut adalah : a. Karena adanya saling keterkaitan yang sangat erat diantara kedua kitab, b. Kisah atau cerita beberapa tokoh dalam Perjanjian Baru tidak dapat dipahami kalau tidak membaca Perjanjian Lama, c. Karena kedua kitab diwahyukan atau diturunkan oleh Allah yang sama, dan d. Karena Perjanjian Baru merupakan pewahyuan Allah yang berikutnya setelah Perjanjian Lama.

Menariknya, Al-Qur’an justeru tidak digabungkan atau dijilid menjadi satu dengan Alkitab (Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru). Padahal diantara ketiga kitab tersebut : a. Ada saling keterkaitan yang sangat erat diantara ketiganya, b. Kisah atau cerita tokoh-tokoh dalam Al-Qur’an tidak dapat dipahami kalau tidak membaca Alkitab (Perjanjian Lama dan atau Perjanjian Baru), c. Ketiga kitab diwahyukan atau diturunkan oleh Allah yang sama, d. Menurut Al-Qur’an, Al-Qur’an merupakan pewahyuan Allah yang berikutnya setelah Alkitab (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru). Kenyataannya, Al-Qur’an justeru dijilid menjadi sebuah kitab tunggal, yang memisahkan diri sama sekali dari Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Padahal kalau kita menyimak lebih dalam, akan sangat banyak keuntungannya jika Al-Qur’an digabung atau dijilid menjadi satu dengan Alkitab (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru). Keuntungannya antara lain :

  1. Saat kita membaca Al-Qur’an (yang dijilid menjadi satu dengan Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru), kita akan memiliki referensi untuk melihat kembali ke sumber awal atau ke versi yang lengkap. Referensi tersebut adalah Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru.
  1. Saat kita membaca Al-Qur’an (yang dijilid menjadi satu dengan Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru), kita akan memiliki referensi sebagai pembanding atau bukti pendukung. Dengan demikian kita akan terhindar dari salah menangkap informasi yang sering terjadi akibat kurangnya referensi.

Kita ambil salah satu contoh, saat kita mempelajari dari Al-Qur’an tentang penciptaan langit dan bumi, kita akan memperoleh informasi sebagai berikut :

Surat Yunus 11 mengatakan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi dalam 6 (enam) masa. Sementara Surat Fushshilat 9,10,12 menyebutkan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi dalam 2 + 4 + 2 masa atau sama dengan 8 (delapan) masa.

Jika kita hanya membaca ayat-ayat Al-Qur’an untuk mendapatkan informasi tentang penciptaan langit dan bumi, kita bisa bingung. Terkesan seolah ayat-ayat Al-Qur’an tersebut saling bertentangan atau berbeda satu sama lain. Ayat yang satu mengatakan 6 (enam) masa, sementara ayat yang lain mengatakan 8 (delapan) masa. Tetapi kalau kita membaca Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru sebagai bahan referensi, maka kebingungan kita akan terjawab. Kitab Perjanjian Lama mengatakan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi dalam 6 (enam) hari (Kejadian 1:31 s/d Kejadian 2:2 ; Keluaran 20:11). Kitab Perjanjian Baru mengulangi kembali bahwa pada hari yang ketujuh Allah berhenti dari pekerjaan menciptakan langit dan bumi, yang berarti bahwa langit dan bumi diciptakan dalam 6 (enam) hari (Ibrani 4:7).

nuzulq

Dapat dilihat bahwa jikalau kita membaca Alkitab setelah kita membaca Al-Qur’an, maka kemungkinan terjadinya kesalahan informasi dapat dihindari.

  1. Saat kita membaca Al-Qur’an (yang dijilid menjadi satu dengan Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru), kita akan memiliki referensi untuk memastikan unsur urutan waktu sejarah atau kronologis dari bagian Al-Qur’an yang sedang kita baca. Dengan demikian kita terhindar dari kesalahan di bidang dimensi waktu atau kronologis. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, Al-Qur’an tidak cukup kuat di bidang urutan waktu sejarah atau kronologis.

Kita ambil salah satu contoh :

Al-Qur’an dalam Surat Maryam ayat 28 menyebutkan bahwa ibu dari Isa Al-Masih (Maryam) adalah saudara perempuan Harun.

Maka Maryam membawa anak itu (Isa) kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.
Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”,

“Ya ukhta haruna ma kana abukimra’a sau’iw wa ma kanat ummuki bagiyya(n).”

(Qs. 19 Maryam 27-28, sumber : Lidwa Pusaka)

Surat Maryam ayat 28 tersebut menyebutkan bahwa ibunya Isa Al‐Masih adalah saudara perempuan Harun. Sementara kalau kita baca Alkitab maka kita akan tahu bahwa ibu Isa Al-Masih bukanlah saudara perempuan Harun. Saudara perempuan Harun bernama Miryam. Sementara ibunya Isa bernama Maryam. Nama Miryam memang agak mirip dengan Maryam. Namun dari Alkitab kita tahu bahwa Miryam dan Maryam adalah dua orang yang berbeda.  Keduanya juga hidup pada zaman yang berbeda.

Menurut Alkitab, Miryam bersama Harun dan Musa hidup pada zaman Mesir (Keluaran 15 : 20). Sebenarnya Al‐Qur’an dalam Qs. 7 Al A’raaf 103‐137 juga mengatakan bahwa Harun dan Musa hidup pada zaman Mesir. Sementara Maryam (ibunya Isa) hidup di zaman imperium Romawi, yaitu pada awal tahun Masehi. Jarak waktu antara zaman Mesir (dimana Miryam hidup) dengan awal tahun Masehi (dimana Maryam hidup) ada ribuan tahun. Jadi Miryam (saudara perempuan Harun) berbeda orangnya dengan Maryam (ibu Isa Almasih). Sementara Al-Qur’an dalam Surat Maryam ayat 28 tersebut menyebutkan bahwa saudara perempuan Harun tersebut adalah ibunya Isa Al-Masih.

Alkitab Al-Quran Ketidakmengertian kita diskusi Allah Senyum Cantik Islam Kristen Katolik Ad Maiora Dei Gloriam Thomas Irwan Kristanto  jika kamu berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu (QS 10 Yunus 94)

Kita lihat bahwa Alkitab merupakan referensi yang dapat menolong para pembaca Al-Qur’an agar terhindar dari kesalahan di bidang urutan waktu sejarah atau kronologis.

Dari 3 (tiga) butir ulasan di atas dapat kita lihat bahwa seandainya Al-Qur’an digabung atau dijilid menjadi satu dengan Alkitab (Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru), maka hal itu akan memberi banyak keuntungan bagi pembaca Al-Qur’an. Pembaca Al-Qur’an akan memiliki referensi yang lengkap sebagai pembanding.

Sebaliknya, kalau Al-Qur’an tidak dijilid menjadi satu dengan Alkitab, pembaca Al-Qur’an akan mengalami kekurangan referensi untuk melengkapi, menjelaskan atau mencheck ayat-ayat yang dipelajarinya. Padahal sangat penting bagi pembaca Al-Qur’an untuk membandingkan ayat-ayat yang dibacanya tersebut dengan Alkitab (Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru). Bukankah Rasulullah SAW sendiri juga diperintahkan oleh Allah SWT untuk membandingkan ayat-ayat Al-Qur’an yang diterimanya dengan Alkitab? Dikatakan bahwa kalau ada keragu-raguan dalam diri Rasulullah SAW mengenai ayat Al-Qur’an yang diterimanya, Rasulullah SAW disuruh untuk bertanya kepada orang-orang yang telah membaca kitab (sabda) Allah sebelumnya (Yunus 94)

Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu temasuk orang-orang yang ragu-ragu.

(Qs. 10 Yunus 94 , sumber : Lidwa Pusaka)

Kita tahu bahwa sabda Allah atau firman Allah yang telah ada sebelum Rasulullah adalah Alkitab (Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru). Dan yang dimaksud dengan orang-orang yang membaca kitab sebelum Rasulullah adalah orang-orang yang telah membaca Alkitab. Rasulullah SAW disuruh Allah untuk bertanya kepada orang-orang yang telah membaca Alkitab, jika Rasulullah berada dalam keragu-raguan tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang diterimanya.

Selanjutnya, jika Al-Qur’an tidak digabungkan atau dijilid menjadi satu dengan Alkitab (Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru), maka para pembaca Al-Qur’an akan menjadi tidak memiliki referensi ilahi yang cukup. Bahkan akan sangat mungkin bahwa para pembaca Al-Qur’an akan menjadi tidak pernah membaca Alktab, atau bahkan menyentuh Alkitab. Padahal Rasulullah SAW sendiri diperintahkan Allah untuk membandingkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan Alkitab. Sebagai pengikut beliau, sangatlah patut jika para pembaca Al-Qur’an juga membandingkan ayat-ayat Al-Qur’an yang dipelajarinya dengan Alkitab. Disinilah letak manfaatnya serta keuntungannya jika Al-Qur’an digabungkan atau dijilid menjadi satu dengan Alkitab.

Dimana Letak Jawabannya? Pengkajian terhadap Al Quran, Hadist, dan Alkitab
Download e-book “Dimana Letak Jawabannya? Pengkajian terhadap Al Quran,
Hadist, dan Alkitab dengan meng-klik gambar di atas

Leave a comment

Filed under Uncategorized